Oleh: Join
Kristian Zendrato
Orang-orang
Kristen mempercayai bahwa Allah ada melalui penyataan (wahyu) Allah sendiri
dalam alam semesta, Kitab Suci dan Yesus Kristus. Penyataan Allah dalam alam
semesta biasanya disebut sebagai general revelation (penyataan/wahyu
umum), sedangkan penyataan Allah dalam Kitab Suci dan Yesus Kristus biasanya
disebut dengan istilah special revelation (penyataan/wahyu
khusus).
Semua hal
ini menegaskan bahwa Allah bisa dikenal. Tetapi hal ini juga menegaskan hal
lain, yakni bahwa pengenalan kita akan Allah dibatasi oleh penyataan Allah
sendiri. Maksudnya, kita hanya bisa mengenal Allah sejauh Ia menyatakan
diri-Nya kepada kita.
Hal ini
menghasilkan implikasi logis: pengetahuan kita tentang Allah pasti bersifat
tidak tuntas (inkomprehensif).
Hal lain
yang membuat kita tidak bisa mengenal Allah secara tuntas adalah fakta bahwa
kita adalah makhluk yang fana dan terbatas. Louis Berkhof dengan jelas
menulis: "Finitum non possit capere infinitum" (yang
fana tak mungkin memahami yang kekal).[1]
Jika kita memaksakan untuk mengenal Allah secara tuntas, itu ibarat kita sedang
menampung seluruh air dari samudera atlantik ke dalam sebuah gelas. Itu jelas
absurd.
Bahkan Allah
sendiri tidak bisa menyatakan diri-Nya secara tuntas kepada manusia. Alasannya
adalah seperti yang dikemukakan oleh Herman Bavinck, “Agar itu mungkin terjadi,
ciptaan sendiri haruslah ilahi.”[2]
Tentunya kemungkinan ini mustahil sama sekali.
Dengan
demikian Allah tidak bisa dipahami secara tuntas. Ia bisa dikenal namun
pengenalan kita itu sendiiri bersifat tidak tuntas (inkomprehensif). Augustinus
memperingati dengan berkata, “Sebab jika Anda memahami Dia secara tuntas, itu
bukanlah Allah yang Anda pahami.”[3]
Sekarang,
saya mau menarik satu pelajaran atau nilai dari doktrin inkomprehensibilitas
Allah ini. Nilai dari doktrin ini jelas sangat besar. Misalnya, ketika kita
membaca dan menyelidiki Kitab Suci, mungkin kita akan menemukan banyak hal yang
tidak mudah kita mengerti, maka akan lebih aman untuk kembali kepada fakta
bahwa Allah itu tidak bisa dimengerti sepenuhnya. Banyak orang yang menuntut
orang Kristen untuk menjelaskan doktrin (ajaran) tertentu secara tuntas sampai
ke akar-akarnya, misalnya doktrin Allah Tritunggal, hubungan antara penetapan Allah
atas segala sesuatu termasuk dosa dengan kebebasan manusia, dan doktrin-doktrin
lainnya, tetapi mereka lupa bahwa Allah itu tidak mungkin bisa dimengerti
sepenuhnya. Menurut saya, dalam urusan doktrin-doktrin seperti yang saya
sebutkan di atas, kita harus selalu mengingat bahwa kita tidak bisa memahami
Allah sepenuhnya, dan dengan demikian penjelasan yang tuntas tidak
dimungkinkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar