Doktrin
Kekristenan mengenai Allah Tritunggal telah banyak di-salah-mengerti oleh
berbagai macam kalangan. Mungkin Anda pernah mendengar tuduhan-tuduhan seperti
ini: Allah orang Kristen itu tiga; Doktrin Tritunggal itu tidak masuk akal;
Bagaimana mungkin 1+1+1=1, dan seterusnya. Jika Anda telah belajar sejarah
Kekristenan, Anda akan bisa melihat bahwa sebenarnya tuduhan-tuduhan di atas,
telah dijawab oleh Kekristenan. Tetapi tetap saja, serangan-serangan itu tetap
muncul. Untuk itu, saya akan memberikan note
secara ringkas mengenai pernyataan doktrin Allah Tritunggal ini.
Pertama. Orang Kristen mengakui bahwa Allah itu Esa (Ul.
6:4; 1 Tim 2:5, dsb). Dengan demikian iman Kristen adalah iman yang bersifat
monotheis.
Kedua. Orang Kristen juga mengakui bahwa ada kejamakan
tertentu dalam diri Allah. Itu bisa dilihat misalnya dalam bagian-bagian
Alkitab seperti Kej. 1:26 dimana istilah “Kita” menunjuk pada Allah. Kemudian
dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam Mat. 3:16-17, ketiga Pribadi muncul
secara bersamaan – Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Juga, ketiga Pribadi itu
dinyatakan saling mengasihi (Yoh. 12:27-28), Pribadi yang satu mengutus Pribadi
yang lain (Yoh. 14:24, 26; 15:26; 16:7), Pribadi yang satu memuliakan Pribadi
yang lain (Yoh. 8:54; 16:14; 12:28), dan sebagainya.
Ketiga. Berdasarkan data Alkitab di atas, kita bisa
menyimpulkan bahwa di satu sisi, Alkitab mengakui bahwa Allah itu Esa, tetapi
disisi lain, Alkitab juga menginformasikan bahwa ada kejamakan tertentu dalam
diri Allah. Maka berdasarkan data tersebut, kita bisa menyatakan bahwa Allah
itu 1 X dan 3 Y.
Keempat. Dalam sejarah Kekristenan, akhirnya diputuskan
bahwa X adalah Hakikat, dan Y adalah Pribadi. Tentunya pemilihan terminologi
ini tidak sembarangan, tetapi dengan menyesuaikannya dengan data Alkitab. Memang
kata “Hakikat” dan “Pribadi” itu tidak ditemukan dalam Alkitab. Tetapi itu
tidak masalah, asalkan ajaran yang dimuat dalam istilah itu sesuai dengan Kitab
Suci. Kata “Sakramen” (yang menunjuk pada Baptisan dan Perjamuan Kudus) juga
tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi toh itu
tidak dipermasalahkan, karena memang ajarannya ada dalam Alkitab, meskipun
istilahnya tidak ada.
Kelima. Jadi, dalam iman Kristen, Allah itu mempunyai 1
hakikat yang sama, dan 3 pribadi yang berbeda. Untuk poin ini, tidak ada
ilustrasi apa pun yang bisa menjelaskannya. Dua botol Aqua itu mempunyai
hakikat yang sama, tetapi hakikatnya tetap 2. Jadi jika kita melihat 2 botol
Aqua, maka kedua botol itu mempunyai 2 hakikat yang sama dan dua “pribadi.”
Tetapi dalam doktrin Allah Tritunggal Hakikat Allahnya itu BUKAN CUMA SAMA
TETAPI SATU, dan PRIBADI-NYA TIGA.
Keenam. Ini bukan tidak masuk Akal, tetapi berada di luar
jangkauan Akal kita. Jika orang Kristen menyatakan bahwa Allah itu mempunyai 1
hakikat dan 3 hakikat pada saat yang sama, maka itu memang tidak masuk akal;
atau jika orang Kristen menyatakan bahwa Allah itu mempunyai 1 pribadi dan 3
pribadi pada saat yang sama, maka itu memang tidak masuk akal. Tetapi
kepercayaan Kristen tidak seperti itu. Orang Kristen mempercayai Allah itu
mempunyai 1 hakikat yang sama dan 3 Pribadi yang berbeda. Sekali lagi, ini
bukan tidak masuk akal, tetapi berada di luar jangkauan akal manusia. Tetapi,
justru inilah yang seharusnya terjadi, karena manusia memang tidak bisa
memahami Allah dengan sepenuhnya. Gregory Nazianzus benar ketika ia menyatakan,
“adalah sulit untuk memahami Allah, tetapi untuk mendefinisikan Dia dalam
kata-kata adalah kemustahilan” (dikutip dalam Robert Letham, Allah Trinitas, hal. 166). Singkatnya,
tidak ada siapa pun yang bisa menjelaskan bagaimana Allah itu seutuhnya. Deus comprehensus non est Deus (Allah
yang dimengerti sepenuhnya bukanlah Allah).
Ketujuh. Ada sebagian orang Kristen yang menjelaskan
doktrin Tritunggal ini dengan cara seperti ini: mereka menganggap bahwa Allah
itu satu. Kemudian Allah yang satu ini, menyatakan dirinya dalam 3 perwujudan
yang berbeda. Ilustrasi untuk ajaran seperti ini adalah seperti ini, misalnya: di
rumah, saya adalah seorang ayah; di kampus, saya adalah Dosen; di Gereja, saya
adalah pendeta. Jika diterapkan kepada Allah, maka mereka biasanya berkata:
dalam PL, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa; dalam PB, Allah
memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak (Yesus), dan setelah kenaikan Yesus ke
surga, maka Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Roh Kudus. Pada zaman
sekarang, ajaran ini sering muncul dalam kata-kata pendeta yang mengucapkan
kata-kata berkat: dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus YAITU DALAM NAMA YESUS.
Jadi, dalam kata-kata seperti itu, Yesus itu adalah Bapa, Yesus itu adalah Anak
dan Yesus adalah Roh Kudus. Tetapi meskipun ajaran ini begitu populer, tetap,
ajaran model seperti ini tidak sesuai dengan Data Alkitab, yang memberitahukan
kepada kita bahwa ketiga Pribadi itu bisa saling bicara, saling mengutus,
saling mengasihi, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini tentunya tidak bisa
diterapkan dalam ajaran seperti di atas. Ajaran ini adalah ajaran sesat. Dalam
sejarah gereja ajaran ini disebut Sabelianisme dan telah dikutuk.
Kedelapan. Kesimpulan saya: dalam menjelaskan doktrin Allah
Tritunggal, kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita menjelaskannya
bertentangan dengan Alkitab, dan jangan sampai kita menjelaskan doktrin ini
dengan mengusahakan supaya doktrin ini bisa masuk akal (misalnya seperti
Sabelianisme).
Selamat
berhati-hati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar