Oleh: Join Kristian Zendrato
B. KITAB SUCI MEMBERIKAN NAMA-NAMA
ILAHI UNTUK YESUS
Pada seri pertama sebelumnya, saya telah membahas
mengenai ayat-ayat yang secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus adalah Allah.
Nah, pada seri kedua ini, saya akan membahas mengenai pemberian nama-nama ilahi
untuk Yesus dalam Kitab Suci. Karena Yesus adalah Allah, maka otomatis Ia
mempunyai nama-nama ilahi. Sebenarnya, sebutan "Allah" kepada Yesus, seperti yang telah saya paparkan pada seri sebelumnya sudah menunjukkan bahwa Kitab Suci memberikan Nama Ilahi untuk Yesus, tetapi karena masih ada Nama-nama yang lain, maka saya memutuskan untuk membahasnya secara singkat pada seri kedua ini.
Dalam
Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru, Yesus sering disebut sebagai Tuhan
(Yunani: Kurios). Kata ini bisa
diartikan “tuan” (Inggris: sir) untuk
sekedar memberikan penghormatan kepada seseorang. Tetapi Ketika Yesus disebut
sebagai “Tuhan,” hal itu dilakukan untuk menunjukkan keilahian Yesus bukan hanya sekedar “tuan” (sir) untuk menghormati-Nya. Hal itu terlihat dari beberapa ayat
yang akan saya kutip berikut ini.
Dalam Kisah Para Rasul 7:59-60
dicatat “Sedang mereka melemparinya
Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan
Yesus, terimalah rohku.’ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini
kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” Kata “Tuhan” dalam
teks di atas tidak mungkin diterjemahkan “tuan” (sir) karena di
sana Stefanus menggunakan sebutan tersebut pada saat berdoa kepada Yesus.
Sebagai objek doa, Yesus harus adalah “Tuhan”
yang ilahi dan bukan sekedar “tuan” (sir).
Dalam Kisah Para Rasul 10:36
Lukas menulis, “Itulah firman yang Ia
suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai
sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan
dari semua orang.” Lagi-lagi, kata “Tuhan” dalam teks ini tidak bisa diartikan sekedar “tuan” (sir),
karena tidak ada seseorang yang bisa menjadi “tuan” (sir) dari semua orang. Kemudian dalam Ibrani 1:10 tertulis, “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah
buatan tangan-Mu.” Kata “Tuhan” dalam Ibrani 1:10 ini tidak
mungkin diartikan sebagai “tuan” (sir), karena Ia dinyatakan “meletakkan
dasar bumi,” dan “langit adalah buatan tangan-Mu.” Jadi, secara mutlak ayat ini
menyatakan keilahian Yesus Kristus.
Dalam
Filipi 2:10-11 rasul Paulus menulis, “supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus
adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah,
Bapa!” Jika kata
“Tuhan” di sini diartikan
sebagai “tuan” (sir), maka perlu dipertanyakan: mengapa
semua yang
ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi
berlutut menyembah kepada seorang “tuan” (sir)?
Dari semua penjelasan ini, jelas bahwa sebutan “Tuhan” yang ditujukan kepada
Yesus menunjukkan keilahian-Nya.
Selanjutnya, dalam Yeremia 23:5-6
tertulis, “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku
akan menumbuhkan Tunas adil bagi
Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan
keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan
Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah
namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita.” Teks
Perjanjian Lama ini merupakan nubuat tentang Mesias (Yesus). Bahwa ayat ini
merupakan suatu nubuat tentang Mesias (Yesus), terlihat dari gelar “Tunas adil
bagi Daud” dalam ayat 5-nya. Bahwa gelar ini menunjuk kepada Yesus
terlihat dengan jelas kalau dibandingkan
dengan ayat-ayat yang berbicara mengenai Kristus berikut ini, misalnya: dalam Yesaya 53:2, “Sebagai taruk ia
tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas
dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang
dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.” Kemudian dalam
Wahyu 5:5 Yohanes menulis, “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu
kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia
dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’” Kemudian
dalam Wahyu 22:16, Yesus sendiri menyatakan, “‘Aku, Yesus, telah mengutus
malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi
jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu
keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”
Dalam Yeremia 23:5-6 di atas,
Kristus disebut sebagai “TUHAN keadilan,” dimana kata “TUHAN” tersebut dalam
bahasa Ibraninya adalah “YHWH.” Menarik untuk diketahui bahwa dalam Kitab Suci,
kata Ibrani “ADONAI” (Lord - Tuhan)
bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes. 21:8).
Demikian juga dengan kata Ibrani “EL” atau “ELOHIM” (God(s) - Allah) bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan
bahkan manusia (Misalnya: Kel. 4:16; 7:1; 12:12; 20:3, 23; Hak. 16:23-24;
1Raj. 18:27; Mzm 82:1, 6). Tetapi sebutan “YHWH” (TUHAN),[1]
tidak pernah digunakan untuk siapapun atau apapun selain Allah! Seorang ahli
teologi Reformed bernama Louis Berkhof, menyatakan bahwa nama ini merupakan,
“the most sacred and the most distinctive name of God, the incommunicable
name.”[2]
Berkhof selanjutnya menjelaskan bahwa Nama itu, “dengan demikian tidak dipakai
untuk siapapun, kecuali untuk Allah orang Israel.”[3]
Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah YHWH, itu pasti menunjukkan
bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
Selanjutnya, dalam Matius 1:23 Yesus
disebut dengan istilah Imanuel, yang artinya adalah God with us (Allah
dengan kita).[4] Leon
Morris dalam tafsirannya mengenai ayat ini, menyatakan bahwa, "'Imanuel' adalah nama Yesus dalam pengertian semua yang tercakup di dalam nama itu, tergenapi di dalam Dia. Kutipan dan
terjemahan nama Ibrani menggarisbawahi bahwa di dalam Yesus, tidak kurang dari Allah sendiri datang kepada kita.
Di akhir Injil Matius kita menemukan janji bahwa Yesus akan menyertai umat-Nya
hingga akhir zaman (28:20) – Allah sungguh beserta kita."[5]
Terakhir, dalam Perjanjian Lama,
sebutan “Juruselamat” dan “Penebus” atau “Penolong” ditujukan kepada Allah (Yes. 43:3,11;
Yes. 45:15; Yer. 14:8; Hos. 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru,
sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim. 1:10; Tit. 1:4; 2:13; 3:6;
2Ptr. 1:11; 2:20; 3:18). Semua ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
[1]Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
menterjemahkan YHWH dengan TUHAN (semua huruf dicetak dengan huruf kapital).
[2]Louis Berkhof, Systematic Theology (Grand Rapids,
Michigan: W.M. B. Eerdmans Publishing Co., 1949 ), 49.
[3]Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Allah (Surabaya:
Momentum, 2005), 72. Herman Bavinck memberikan penjelasan yang sama mengenai
nama YHWH ini, Bavinck menulis, “Dalam Perjanjian Lama, nama YHWH adalah
penyataan tertinggi tentang Allah. … YHWH adalah nama Allah yang sesungguhnya
(Kel. 15:3; Mzm. 83:18; Hos. 12:5; Yes. 42:8). Oleh karena itu, nama ini tidak
pernah digunakan bagi allah mana pun selain Allah Israel.” Herman Bavinck, Dogmatika Reformed: Allah dan Penciptaan,
jld II (Surabaya: Momentum, 2012),
171.
[4]Ayat ini dikutip oleh Matius dari
Perjanjian Lama, yakni Yesaya 7:14.
[5]Leon Morris, Injil Matius (Surabaya: Momentum, 2016), 32-33. Cetak miring dari
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar