Oleh:
Join Kristian Zendrato
Hari ini saya
membaca Not a Fan karya Kyle Idleman
(buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Selviya H.
Mannuputty; penerbit Literatur Perkantas Jawa Timur, 2012, dengan judul Bukan
Seorang Penggemar). Buku ini cukup praktis, di dalamnya dibahas hal-hal
tentang mengikut Yesus. Kyle secara panjang lebar mengeluhkan bahwa banyak
orang yang percaya kepada Yesus, tetapi tidak benar-benar mengikuti-Nya. Ia
menyebut mereka ini sebagai seorang ‘penggemar’ (fan). Kyle tentunya tidak menyangkal bahwa kepercayaan kepada Yesus
itu penting, ya,
itu penting. Tetapi,
terkadang banyak orang yang hanya berhenti di sana, tanpa siap mengikuti Dia. Lalu apa persisnya mengikut
Yesus itu? Dalam Bab 11 yang diberi judul oleh Kyle “Pikullah salibmu setiap
hari – sebuah kematian tiap hari,” Kyle menceritakan sebuah kisah nyata yang
menggambarkan arti mengikut Yesus. Dengarkan cerita Kyle berikut ini!
Ketika saya
pergi ke luar kota dan berkhotbah di sebuah gereja di Pantai Barat, ada seorang
pria yang mendatangi saya dan menyampaikan kekalutannya atas putrinya yang
sedang bersiap untuk menikah dengan seorang pemuda ateis. Sang ayah meminta
saya bertemu dengan pemuda yang akan segera menjadi menantunya ini. Saya
mendapat nomor ponsel pemuda itu dan meneleponnya dalam perjalanan pulang ke
hotel. Saya memberitahunya siapa saya dan mengajaknya makan siang bersama
sebelum pesawat saya berangkat keesokan harinya. Yang membuat saya terkejut, ia
setuju. Seorang pendeta yang makan siang bersama seorang ateis mungkin terlihat
konyol, namun ia dan saya bisa langsung akrab. Kami berbincang selama beberapa
jam dan setelah ia menceritakan kisahnya, saya pun memberitakan injil
kepadanya. Inilah pertama kalinya ia mendengar sebagian besar hal yang saya
katakan. Di penghujung makan siang, kami berdoa bersama kemudian ia bertobat
dari dosa-dosanya dan mengaku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Saya
memberinya nomor ponsel saya dan menghubungkannya dengan pendeta setempat.
Rasanya luar biasa, Allah mempertemukan kami di waktu yang tepat. Sekitar enam
minggu kemudian saya mengobrol dengan pendeta gerejanya dan mendengar bahwa
iman anak muda ini dan komitmennya kepada Kristus bertumbuh pesat. Saya tidak
pernah lagi mendengar kabarnya selama lebih dari setahun. Kemudian suatu hari,
ia menelepon saya. Ia bercerita bahwa ia telah menikah selama delapan bulan dan
semuanya lancar. Namun ia melanjutkan penjelasannya bahwa ayah mertuanya kesal
padanya dan ia ingin bertanya pada saya, apa yang harus dilakukannya. Ayah
mertuanya merasa ia perlu “menurunkan laju” imannya. Rupanya, pemuda ini
memaknai Firman Allah tentang persepuluhan dengan sangat serius namun ayah
mertuanya beranggapan uang itu sebaiknya ditabung untuk membeli rumah. Ayah
mertuanya juga tidak setuju dengan keputusan anak muda ini untuk tidak bekerja
pada hari Minggu agar ia bisa menyembah Tuhan di gereja. Dan ayah mertuanya itu
berkata padanya, “Aku benar-benar-benar senang kau menjadi seorang Kristen,
tetapi Yesus tidak pernah menginginkanmu menjadi fanatik.” (Kyle, Not a Fan, hal. 181).
Jika anda
menyimak dengan baik cerita di atas, maka anda akan berkesimpulan bahwa
mengikut Kristus adalah menundukkan segenap kehidupan di bawah otoritas
Kristus. Itulah yang dilakukan oleh anak muda di atas, meski pada akhirnya
ketundukannya pada Kristus dan firman-Nya membuat ayah mertuanya kesal. Dan memang seorang pengikut
Kristus, harus lebih taat kepada Kristus, mengutamakan kepentingan Kristus, dan
mengasihi Kristus di atas segala-galanya.
Seorang Teolog
Reformed bernama Charles Hodge (1797-1878), Profesor Systematic
Theology dari Princeton Theological Seminary, dalam buku tafsirannya An Exposition of 2nd Corinthians
pernah berkata,
“A Christian is one who recognizes Jesus
as the Christ, the Son of the Living God, as God manifested in the flesh,
loving us and dying for our redemption; and who is so affected by a sense of
the love of this incarnate God as to be constrained to make the will of Christ
the rule of his obedience, and the glory of Christ the great end for which he
lives” (Terjemahan saya: Seorang Kristen adalah seorang yang mengenal Yesus
sebagai Kristus, anak Allah yang hidup, sebagai Allah yang dinyatakan dalam daging,
mengasihi kita dan mati untuk penebusan kita; dan seorang yang sangat
dipengaruhi oleh sebuah pengertian dari kasih Allah yang berinkarnasi ini yang
mendesaknya untuk membuat kehendak Kristus sebagai aturan hidupnya, dan
kemuliaan dari Kristus adalah akhir yang agung untuk mana dia hidup).[1]
Bagaimana dengan
kehidupan kekristenan anda? Seberapa taat kah kita memelihara sabat Tuhan?
Seberapa taat kah kita untuk menghindari suap untuk kenaikan jabatan? Seberapa
besarkah perjuangan kita untuk menjadikan kehendak Kristus sebagai aturan hidup
kita?
Saudara mungkin sudah
percaya kepada Yesus, tetapi apakah saudara sudah mengikut Dia? Pastikanlah bahwa saudara
bukan sekedar penggemar! I am not a fan,
I am a follower of Christ!
[1]Charles
Hodge, An Exposition of 2nd
Corinthians, hal. 150. Buku tafsiran ini dapat anda download seluruhnya dalam format PDF di
link ini: https://truth4freedom.files.wordpress.com/2012/11/hod_2cor.pdf
Good
BalasHapus