Karl Barth, Emil Brunner, dan banyak pakar lain,
mengakui doktrin kejatuhan tetapi menyangkal adanya Adam yang historis [lihat
G.I. Williamson, Pengakuan Iman
Westminster:Untuk Kelas Penelaahan (Surabaya: Momentum, 2006), 82-85; dan Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah
(Surabaya: Momentum, 2010), 146-152]. Anthony Hoekema menyatakan bahwa menurut
Karl Barth, narasi Kej. 3:1-7 bukanlah sejarah melainkan saga, Adam bukanlah pribadi historis melainkan contoh representatif dari semua manusia dari yang mengikutinya
(Hoekema, Manusia, 46).
Emil Brunner menolak apa yang ia sebut “historisitas
kasih Adam”; ia bersikeras bahwa bagi manusia modern, tak ada lagi kemungkinan
untuk menerima historisitas seperti itu (Hoekema, Manusia, 146).
Hoekema menyebutkan satu tokoh lagi yang
berpandangan sama dengan Barth dan Brunner, yakni H.M. Kuirtert, seorang guru
besar teologi di Free University of Amsterdam. Kuirtert menyatakan bahwa kita
tidak boleh memahami Adam sebagai satu pribadi historis, tetapi lebih sebagai
sebuah contoh yang mendidik atau sebuah “model pengajaran” – sebagai ilustrasi
akan apa yang terjadi terhadap setiap orang, yang membantu kita untuk memahami
signifikansi dan realitas tentang Yesus Kristus (Hoekema, Manusia, 146).
Dalam menanggapi pandangan-pandangan ini, Hoekema
dengan benar berkata, “Saya yakin, penyangkalan bahwa Adam dan Hawa benar-benar
pernah hidup di bumi dan pemahaman bahwa Adam dan Hawa hanyalah simbol atau ‘model
pengajaran,’ disebabkan oleh pemahaman
yang tidak tepat atas Alkitab.” (Hoekema, Manusia, 147).
Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Adam adalah
manusia yang historis: silsilah dalam 1 Tawarikh 1 dimulai dengan Adam (ay
1), dan ini jelas menunjukkan bahwa Adam
benar-benar tokoh historis. Silsilah Yesus dalam Luk. 3, diakhiri dengan kata
kata berikut: “anak Enos, anak Set, anak Adam” (ay. 30). Ayat ini menempatkan
Adam di antara pribadi-pribadi yang historis, yang menunjukkan bahwa Adam
merupakan tokoh yang historis pula. Ketika orang-orang Farisi menanyakan
masalah perceraian kepada Yesus (Mat. 19:4-6; Mrk. 10:6-8), Yesus mengacu pada
Kej. 1:27 dan 2:24. Kata-kata Yesus ini mengasumsikan eksistensi sepasang
manusia aktual. Paulus menerima Historisitas orang tua pertama kita (1 Tim
2:13). Paulus bahkan membandingkan Adam dengan Kristus (Roma 5:12-21; 1 Kor.
15:21-22). Jadi jika Kristus adalah tokoh historis maka Adam juga harus tokoh
historis. Kemudian, dalam Kis. 17:26 tertulis: “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia
untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi
mereka dan batas-batas kediaman mereka.” Kata “satu orang” menunjuk kepada
Adam, jadi, narasi ini mendukung historisitas Adam.
😍
BalasHapus