Oleh: Join Kristian Zendrato
Beberapa
waktu yang lalu saya diminta oleh teman saya Petrus Manimai untuk menulis
tentang HADES. Maka tulisan ini akan saya dedikasikan untuk beliau.
Pertama-tama
perlu diketahui bahwa kata HADES adalah sebuah kata Yunani sedangkan SHEOL
adalah kata Ibrani yang artinya sama dengan HADES. Untuk mengetahui arti dari
kata ini, maka tentunya kita harus memeriksa ayat-ayat yang mengandung kata itu
dan tentunya dengan memperhatikan konteks ayat tersebut.
Tetapi
sebelum itu, saya mau membahas satu pandangan yang salah mengenai arti dari SHEOL
dan HADES ini. Ada kalangan tertentu yang menyatakan bahwa SHEOL dan HADES itu
menunjuk pada suatu tempat di mana orang percaya dan tidak percaya akan pergi bersama
setelah mati. Di sana tidak ada penghukuman atau pahala, tempatnya netral. Asumsi
dari pandangan ini adalah bahwa setelah kematian seseorang tidak langsung masuk surga atau neraka, tetapi mereka lebih dulu
akan masuk ke tempat penantian yang mereka sebut HADES atau SHEOL. Apakah
pandangan ini bisa dibenarkan? Kita akan menguji pandangan ini dengan meneliti
data-data tekstual Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru apakah memang HADES atau
SHEOL bisa diartikan seperti itu atau tidak.
Pertama,
SHEOL dan HADES kadang-kadang menunjuk pada neraka. Bahwa SHEOL kadang-kadang
menunjuk pada neraka itu ditunjukan secara eksplisit oleh Ulangan 32:22, “Sebab
api telah dinyalakan oleh murka-Ku,
dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api
itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung.” Kata-kata
“dunia orang mati” dalam teks di atas diterjemahkan dari bahasa Ibraninya yakni
SHEOL. Perhatikan bahwa ayat di atas mendeskripsikan bahwa di SHEOL itu murka
Allah menyala-nyala. Sepertinya ini menunjuk pada neraka, tempat penghukuman.
Jika ini benar, maka pandangan yang mengatakan bahwa SHEOL adalah tempat netral
di mana baik orang percaya maupun tidak percaya akan pergi menjadi bubar.
Kemudian
kata Yunani HADES juga kadang-kadang menunjuk pada neraka. Ini misalnya
dibuktikan dalam cerita mengenai orang kaya dan Lazarus dalam lukas 16.
Perhatikan khususnya ayat 23, “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan
sementara ia menderita sengsara di alam
maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus
duduk di pangkuannya.” Kata-kata “alam maut” dalam teks di atas diterjemahkan
dari kata Yunani HADES. Kemudian perhatikan bahwa kondisi orang kaya itu yang
berada di HADES digambarkan dengan kata-kata “menderita sengsara” (ay. 23) dan
“sangat kesakitan dalam nyala api” (ay. 24). Gambaran-gambaran menakutkan ini jelas
menunjuk pada neraka, tempat penghukuman. Lagi-lagi, jika ini benar, maka
pandangan yang menyatakan bahwa HADES menunjuk pada tempat penantian atau
tempat netral menjadi bubar.
Kedua,
SHEOL juga kadang-kadang menunjuk pada kuburan. Ini dibuktikan
misalnya dalam teks-teks di mana orang beriman pun masuk ke sana. Perhatikan
beberapa ayat berikut: Kej. 37:35, “Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia,
tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai
aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati (SHEOL)!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya”.
Kej. 42:38,
“Tetapi jawabnya: ‘Anakku itu tidak
akan pergi ke sana bersama-sama dengan kamu, sebab kakaknya telah mati dan
hanya dialah yang tinggal; jika dia ditimpa kecelakaan di jalan yang akan kamu
tempuh, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia
orang mati (SHEOL) karena
dukacita.’” Kej. 44:29,31, “Jika
anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah
kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati (SHEOL) karena nasib celaka. ... tentulah akan
terjadi, apabila dilihatnya anak itu tidak ada, bahwa ia akan mati, dan
hamba-hambamu ini akan menyebabkan hambamu, ayah kami yang ubanan itu, turun ke
dunia orang mati (SHEOL) karena
dukacita.”
Saya beranggapan bahwa kata SHEOL dalam ayat-ayat di atas, tidak boleh
diartikan sebagai neraka. Karena dalam teks-teks di atas, tokoh yang
dibicarakan dalam kaitannya dengan kata SHEOL adalah Yakub, yang adalah orang
percaya, dan saya yakin orang percaya tidak akan pernah masuk ke neraka. Juga,
kata SHEOL dalam ayat-ayat di atas tidak boleh diartikan sebagai tempat netral
atau tempat penantian, karena jika diartikan seperti itu, maka akan
bertentangan dengan dua ayat sebelumnya yaitu Ulangan 32:22 dan Lukas 16:23. Untuk
itu, pada teks di atas, saya lebih condong untuk mengartikannya sebagai
kuburan.
Berdasarkan
hal-hal ini, saya beranggapan bahwa kata SHEOL dan HADES tidak pernah menunjuk
pada tempat penantian atau tempat netral di mana semua orang setelah mati akan
ke sana. Kedua kata itu kadang-kadang menunjuk pada neraka, dan kadang-kadang
menunjuk pada kuburan. Jelas bahwa untuk menentukan apakah itu menunjuk pada
neraka atau kuburan, kita harus memperhatikan konteks ayat yang sedang kita
teliti.
Lalu, jika SHEOL
atau HADES tidak menunjuk pada tempat penantian, di manakah tempat orang
setelah mati? Saya menjawab: Setelah seseorang mati, maka jiwa (roh) orang itu
langsung masuk surga (jika dia orang percaya) atau neraka (jika dia bukan orang
percaya) tanpa singgah terlebih dahulu ke tempat penantian. Sedangkan tubuh
orangnya tetap berada dalam kuburan, dan pada hari kebangkitan akan dibangkitkan
kemudian disatukan dengan jiwa (roh) yang telah ada di surga atau di neraka. Dasar
saya berkesimpulan seperti ini adalah sebagai berikut:
Dalam Filipi 1:23 Paulus berkata, “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus
- itu memang jauh lebih baik.” Kata “pergi” dalam ayat di atas artinya pasti
“mati.” Dan dengan demikian Paulus mengisyaratkan bahwa ketika ia mati ia akan
langsung bersama-sama dengan Kristus
atau masuk surga.
Kemudian dalam Lukas 23:43
tertulis, “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus.’” Ini menunjukkan bahwa pada hari itu juga,
pada saat penjahat itu mati, maka ia akan langsung masuk ke surga atau firdaus.
Kemudian dalam Yudas 1:7 tertulis,
“sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang
sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal
sebagai peringatan kepada semua orang.” Perhatikan bahwa orang-orang yang
dibicarakan dalam ayat di atas adalah orang-orang Sodom dan Gomora yang ada
dalam Perjanjian Lama. Mereka dikatakan “telah menanggung siksaan kekal.” Ini
jelas menunjuk pada neraka. Jadi adalah omong kosong jika ada yang menyatakan
bahwa setelah manusia mati dia tidak
langsung masuk surga atau neraka. Ajaran model seperti itu bertentangan
dengan ayat di atas. Jika ajaran seperti itu benar, mengapa dalam Yudas 1:7 di
atas dikatakan bahwa orang-orang Sodom dan Gomora telah dihukum dalam neraka?
Namun mungkin anda bertanya dimana
dasar Alkitab yang menyatakan bahwa tubuh yang ada di dalam kubur baru akan disatukan
pada hari kebangkitan? Saya akui saya belum menemukan ayat yang menyatakan
secara eksplisit bahwa tubuh kita yang ada dalam kuburan akan dibangkitan pada
hari kebangkitan dan kemudian disatukan dengan jiwa (roh) kita yang sudah ada
di surga atau di neraka. Tetapi ini adalah konsekuensi logis dari ayat-ayat di
atas. Jika kita menerima bahwa jiwa seseorang langsung masuk surga atau neraka
pada saat orang itu mati (berdasarkan 3 ayat di atas), maka tidak bisa tidak
tubuh manusia itu pasti di kubur, dan Perjanjian Baru mengajarkan bahwa pada
akhirnya tubuh itu akan dibangkitan pada hari kebangkitan. Nah, jika jiwa
(roh)nya sudah ada di surga atau di neraka, pada saat tubuhnya dibangkitkan,
maka tidak bisa tidak tubuh itu pasti akan disatukan dengan jiwa (roh) yang
sudah ada di surga atau di neraka tersebut.
Jadi, kesimpulannya adalah keadaan
orang percaya pada saat dia mati adalah surga tanpa tubuh (jiwanya saja yang
masuk surga). Sedangkan keadaan akhir dari orang percaya adalah surga dengan
tubuh (jiwa dan tubuhnya akan disatukan). Keadaan orang tidak percaya saat dia
mati adalah neraka tanpa tubuh (jiwanya saja yang ada di neraka). Sedangkan
keadaan akhir dari orang tidak percaya adalah neraka dengan tubuh (jiwa dan
tubuhnya akan disatukan).
Tetapi mungkin anda menyimpan
pertanyaan ini: jika jiwa (roh) manusia setelah mati langsung masuk surga atau
neraka, apa gunanya penghakiman terakhir? Penghakiman terakhir tidak boleh ditiadakan (tidak berguna)
hanya gara-gara jiwa (roh) manusia sudah masuk surga atau neraka setelah ia
mati. Meskipun setelah mati manusia sudah dihakimi (sudah masuk surga atau
neraka) tetapi itu hanya penghakiman terhadap jiwa (roh) dan bersifat individu.
Sedangkan pada penghakiman terakhir penghakimannya akan berlangsung bukan hanya
untuk jiwa (roh) saja tetapi juga untuk tubuh, bukan hanya bersifat individu
tetapi universal. Mengenai hal ini, saya akan mengutip kata-kata dari Prof.
Louis Berkhof, seorang ahli teologi Reformed dari Calvin Theological Seminary.
Berkhof menulis, “Penghakiman pada akhir
zaman itu berbeda dengan penghakiman yang diberikan ketika seseorang mati.
Penghakiman terakhir ini tidak rahasia, tetapi di muka umum, bukan hanya
menghakimi jiwa saja, tetapi juga tubuh, tidak saja kepada satu individu
tunggal, tetapi bagi semua manusia.”[1]
[1]Louis Berkhof, Teologi Sistematika 6: Doktrin Akhir Zaman, hal.
136.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar