Oleh:
Join Kristian Zendrato
Wahyu
13 menceritakan mengenai munculnya binatang dari dalam laut (ay. 1-10) yang
kemudian disusul dengan munculnya binatang dari dalam bumi (ay. 11-18).
Menariknya, mengenai binatang yang kedua
ini, Yohanes menyatakan: “Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang
bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu
adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam” (Wahyu 13:18). Mengenai angka 666 ini,
banyak orang yang merasa ‘ngeri.’ Hal itu kadang-kadang diwujudkan dalam
keengganan seseorang untuk memakai kaus yang bertuliskan angka 666, atau tidak
mau menginap di kamar hotel dengan nomor kamar 666, dan sebagainya. Bagi saya,
tindakan-tindakan sinting seperti itu tidak perlu dipertahankan karena tidak
ada dasarnya sama sekali.
Sebenarnya, apa maksud dari bilangan 666 itu?
Ada
berbagai macam penafsiran mengenai bilangan 666 ini. Ada yang memulai dengan fakta
bahwa, pada zaman dulu baik bahasa bahasa Ibrani, bahasa Yunani maupun bahasa Latin
tidak menggunakan suatu sistim bilangan (angka). Sebagai ganti dari bilangan
(angka), huruf-huruf dari alfabet digunakan sebagai bilangan (angka).[1] Jadi
dalam Bahasa Ibrani: Aleph=1; Beth
(Veth)=2; Geemel=3; Dahleth=4; Heh=5; Vaw
(Waw)=6; Zahyin=7; Kheth=8; Teht=9; Yodh=10;
Kahf=20; Lahmed=30; Mem=40; Nun=50; Sahmekh=60; Ahyin=70; Peh (Feh)=80; Tsahdee=90;
Kofh=100; Resh=200; Sheen=300; Seen=300;
Taw=400.
Bahasa
Yunani: Alpha=1; Beta=2; Gamma=3; Delta=4; Epsilon=5; Zeta=6;
Eta=7; Theta=8; Iota=9; Kappa=10; Lambda=20; Mu=30; Nu=40; Xi=50; Omicron=60;
Pi=70; Rho=80; Sigma=90; Tau=100; Upsilon=200; Phi=300; Chi=400; Psi=500; Omega=600.
Bahasa
Latin: A=1; B=2;
C=3; D=4; E=5; F=6; G=7; H=8; I=9; J=10; K=20; L=30; M=40; N=50; O=60; P=70; Q=80;
R=90; S=100; T=200; U=300; V=400; W=500; X=600; Y=700; Z=800.
Tetapi metode ini bukannya bebas
dari masalah, seperti yang dinyatakan oleh Leon Morris, “problemnya adalah mendapatkan suatu nama yang
memberikan jumlah 666 pada waktu angka-angka yang ditunjuk oleh huruf-huruf
dari nama itu dijumlahkan.”[2]
Jadi, dari komentar Morris di atas metode ini terlihat sangat tidak memadai.
Simon Kistemaker menambahkan bahwa, “Metode ini dipertanyakan karena kita harus
menambah atau mengurangi huruf-huruf agar memperoleh angka yang dikehendaki.”[3]
Bahkan dari beberapa contoh nama
yang diusulkan, saya melihat jumlahnya tidak membawa kita pada jumlah 666.
Contoh-contoh nama yang diusulkan misalnya TEITAN (Yunani) dan ARNOUME (Yunani).
William Barclay menyatakan bahwa “TEITAN
bisa mempunyai dua arti. Pertama, dalam mitologi Yunani orang-orang Titan
adalah pemberontak-pemberontak terhadap Allah. Kedua, nama keluarga dari
Vespasian dan Titus dan Domitian adalah Titus, dan mungkin mereka bisa disebut
‘the Titans.’”[4]
Tetapi bagaimanapun perhitungan sederhana dari kata TEITAN tidak membawa kita
pada angka 666. Kata lain yang diusulkan adalah kata ARNOUME (Yunani).
Barclay menyatakan bahwa “ARNOUME merupakan suatu bentuk dari kata Yunani
ARNOUMAI, ‘Aku menyangkal.’ Dalam hal ini bilangan itu berarti penyangkalan
terhadap nama Kristus.”[5]
Tetapi sekali lagi, jumlah dari kata itu bukan 666.
Kistemaker mencatat bahwa ada
beberapa teolog yang mengidentifikasi bilangan ini dengan NERO. Tetapi
kemudian, Kistemaker sendiri menganggap bahwa hal ini sangat tidak memadai,
karena banyak rekonstruksi dalam huruf, dsb.[6]
Barclay juga menceritakan tentang seseorang yang pada masa perang dunia II,
menghitung nama HITLER dengan asumsi bahwa A = 100, B = 101, C= 102 dst,
mendapatkan bilangan 666. (HITLER = 107 + 108 + 119 + 111 + 104 + 117 = 666). [7]
Tetapi asumsi seperti ini tidak berdasar sama sekali. Jika yang dimaksudkan
Yohanes adalah Hitler, bagaimana penerima suratnya pada saat itu memahaminya?
Perhatikan
bahwa penafsiran-penafsiran di atas sekalipun berbeda satu sama lain, tetapi
mereka sama dalam penekanan bahwa angka 666 itu menunjuk pada OKNUM atau
INDIVIDU. Tetapi saya tidak setuju jika angka 666 itu menunjuk pada oknum atau
individu, karena dalam konteksnya oknum yang dimaksudkan sudah jelas yakni
binatang yang keluar dari dalam bumi. Lalu jika angka 666 ditafsirkan menunjuk
pada oknum tertentu, maka pembacaannya jadi aneh. Mari kita perhatikan sekali
lagi wahyu 13:18, “Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang
bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan
binatang itu, karena bilangan itu
adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh
enam.” Jadi, saya rasa bilangan 666 itu menunjuk pada aspek atau hal tertentu dari oknum yang sedang dibicarakan yakni
binatang yang keluar dari dalam bumi itu, bukan menunjuk pada oknum itu
sendiri.
Jadi,
untuk mengetahui arti 666 itu, kita harus terlebih dahulu mengetahui siapa
binatang yang keluar dari dalam bumi itu. Untuk memahami ini diperlukan
penjelasan mengenai latar belakang munculnya kedua binatang dalam pasal 13. Di
pasal 12 Yohanes menceritakan tentang munculnya seekor naga. Yohanes
menjelaskan sendiri bahwa naga itu adalah Iblis (12:9; 20:2). Jika di pasal 12
naga itu menganiaya jemaat maka di pasal 13 ia menggunakan kaki tangannya untuk
menganiaya jemaat, ini terlihat dari deskripsi Yohanes bahwa naga itu
memberikan kekuatan, takhta, dan kekuasaan yang besar kepada binatang yang
keluar dari dalam laut (13:2) dan kemudian binatang yang keluar dari dalam bumi
mengarahkan manusia menyembah binatang yang pertama (13:12). Nah, bilangan 666
ini ditunjukkan oleh Yohanes khususnya kepada binatang yang keluar dari dalam
bumi (ay. 18).
Saya
setuju dengan penafsiran yang menyatakan bahwa binatang yang keluar dari dalam laut menunjuk kepada kaki tangan
Antikristus yang menggunakan kekuatan fisik dan kekerasan untuk menganiaya umat
Allah.[8] Sedangkan
binatang yang keluar dari dalam bumi itu
menunjuk kepada kaki tangan Antikristus yang menggunakan kepalsuan dan dusta
atau ajaran sesat, untuk menipu umat Allah.[9]
Ini bisa terlihat deskripsi Yohanes mengenai binatang yang kedua ini, “Dan aku
melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga” (Wahyu
13:11). Perhatikan bahwa di satu sisi binatang itu seperti anak domba yang
lembut tetapi di sisi lain ia berbicara seperti seekor naga yang menunjukkan
keganasan. Ini menggambarkan kaki tangan Antikristus yang di luarannya
kelihatan lembut, tetapi mengajarkan ajaran sesat. Jadi, dalam hal ini, saya setuju dengan
William Hendriksen ketika ia menulis:
Binatang yang kedua adalah nabi palsu (19:20). Ia melambangkan agama dan filsafat yang salah dalam bentuk apa saja yang tampak di sepanjang era ini. Walaupun binatang ini secara lahiriah menyerupai Anak Domba, tetapi dalam batinnya tersembunyi naga itu. Dengan kata lain, apa yang terlihat oleh mata sangat mengagumkan dan sangat menarik. Binatang itu tampak lugu: seekor anak domba manis, seekor binatang peliharaan yang jinak bagi anak-anak. Tetapi perkataannya menyatakan isi pemikiran, kehidupan, esensi dan karakternya. Dan anak domba ini berbicara seperti Iblis sendiri! Karena itu, binatang yang kedua ini adalah dusta Iblis yang berpakaian seperti kebenaran; Iblis yang menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:14). Ia melambangkan semua nabi palsu dalam setiap era ini. Mereka menyamar seperti domba, tetapi di dalamnya adalah serigala-serigala yang rakus (Mat. 7:15).[10]
Nah,
setelah kita mengetahui siapa yang dimaksud dengan binatang yang keluar dari
dalam bumi itu, maka sekarang angka 666 itu maksudnya apa? Sebelumnya saya
telah mengatakan bahwa bilangan 666 itu menunjuk pada aspek atau hal tertentu dari oknum yang sedang dibicarakan yakni
binatang yang keluar dari dalam bumi itu, bukan menunjuk pada oknum itu
sendiri. Tetapi apa alasannya berkesimpulan seperti itu?
Dalam
hal ini saya akan memberikan dua pandangan penafsir yang menafsirkan bahwa
angka 666 itu tidak menunjuk pada
oknum atau individu. Dua orang yang saya maksud adalah Leon Morris dan William
Hendriksen.
Leon Morris menyatakan bahwa jumlah dari nilai-nilai yang digambarkan oleh
huruf-huruf dari nama IESOUS, nama Yunani dari Yesus, hasilnya adalah 888.
Setiap digit lebih satu angka dari 7, bilangan yang sempurna. Jadi angka 888
berada di atas angka 7 yang sempurna, dengan kata lain angka 888 menunjuk pada
kesempurnaan di atas kesempurnaan. Tetapi 666 menghasilkan fenomena yang
sebaliknya, karena setiap digit kurang satu (dari angka 7 yang sempurna). Bilangan itu bisa dimaksudkan untuk menunjuk
bukan pada seorang individu, tetapi suatu kekurangan yang terus menerus. Tetapi
satu hal yang pasti, saya menilai Morris melakukan kesalahan perhitungan,
karena nama IESOUS tidak berjumlah 888.
Karena jika dijumlahkan maka IESOUS = 9 + 7 + 90 + 60 + 200 + 90 = 456.
Penafsir
kedua, William Hendriksen. Ia memperhatikan bahwa sebelum ayat 18 yang
membicarakan angka 666, kita melihat bahwa banyak orang memakai tanda binatang
itu (ay. 16-17) [jangan campuradukkan tanda
binatang itu dengan bilangan binatang
itu]. William Hendriksen menyatakan bahwa, ungkapan “menerima tanda binatang
itu” berarti menjadi milik seseorang, melayani dan menyembah seseorang.”[11]
Dengan demikian, dalam konteks ini berarti menjadi milik binatang itu.[12]
Jadi, hanya orang-orang yang menjadi milik binatang itulah yang diizinkan untuk
menjual atau membeli (ay. 17), sedangkan orang-orang yang tidak memiliki tanda
binatang itu “tidak diizinkan membeli dan menjual selama mereka tetap setia
pada prinsip-prinsip mereka.”[13]
Situasi
ini menempatkan orang-orang yang setia kepada Kristus dalam kesulitan. Dalam
situasi seperti ini, bagi Hendriksen, angka 666 inilah yang menjadi semacam
penghiburan. Mengapa? Hendriksen menulis:
Tetapi orang percaya jangan berputus asa. Biarlah dia mengingat bahwa angka binatang itu adalah angka manusia. Manusia diciptakan pada hari keenam. Lagi pula, enam bukan tujuh dan tidak akan pernah mencapai tujuh. Angka itu tidak akan pernah mencapai kesempurnaannya, yaitu angka tujuh. Enam berarti tidak mengenai sasaran, atau gagal. Tujuh berarti kesempurnaan atau kemenangan. Bersukacitalah, O Gereja Tuhan! Kemenangan ada di pihak kita. Angka binatang itu adalah 666, yaitu kegagalan atas kegagalan atas kegagalan. Itu adalah angka manusia, karena binatang itu bermegah dalam manusia; dan pasti gagal![14]
Dalam
tafsiran Hendriksen (juga Leon Morris) kita melihat bahwa angka-angkanya di
pahami secara simbolis. Angka 7 menunjuk pada kesempurnaan, sedangkan angka 666
menunjuk pada ketidaksempurnaan dan kegagalan. Jadi bagi Hendriksen, angka 666
itu tidak menunjuk pada oknum tertentu, tetapi menunjuk pada aspek tertentu
dari oknum yang diceritakan dalam konteks ayat itu. Aspek tertentu yang
dimaksud adalah bahwa pekerjaan dari binatang itu pasti gagal. Fakta bahwa
pekerjaan dari binatang itu akan gagal merupakan penghiburan bagi setiap orang
percaya. Ini memang sesuai dengan tujuan penulisan kitab Wahyu bahwa “Berbahagialah
ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang
menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat” (Wahyu
1:3).
Saya
sendiri lebih condong pada penafsiran William Hendriksen! Tuhan memberkati!
[1]Lihat William Barclay, The Revelation of John, Vol. 2
(Philadelphia: The Westminster Press, 1960), 100.
[2]Leon Morris, The Revelation (Leicester: Inter-Varsity Press, 1990), 169.
[3]Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu (Surabaya:
Momentum, 2009), 425.
[4]Barclay, The Revelation of John, 101.
[5]Barclay, The Revelation of John, 101.
[6]Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu , 424-425.
[7]Barclay, The Revelation of John, 100.
[8]Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu, 406, 417.
[9]Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu, 417.
[10]Hendriksen, Lebih Dari Pemenang, 175-176.
[11]William Hendriksen, Lebih Dari Pemenang: Sebuah Interprestasi
Kitab Wahyu (Surabaya: Momentum, 2010), 177. Bdk. Why 14:1, 9; 20:4.
[12]Hendriksen, Lebih Dari Pemenang, 178.
[13]Hendriksen, Lebih Dari Pemenang, 178.
[14]Hendriksen, Lebih Dari Pemenang, 178-179.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar