Oleh: Join Kristian Zendrato
Kita sering mengasumsikan bahwa orang-orang Kristen telah
mengetahui dasar-dasar Kekristenan. Tapi asumsi itu tidak selalu benar.
Faktanya banyak sekali orang Kristen yang tak mengerti dasar-dasar iman
Kristen. Contohnya adalah kepercayaan bahwa kita diselamatkan hanya melalui
iman saja.
Saya sering melihat ucapan-ucapan orang Kristen di Facebook
saat melihat seseorang meninggal, tidak jarang saya melihat mereka mengatakan,
"Semoga amal ibadah beliau diterima Tuhan," dan ucapan-ucapan yang
sejenis. Saya semakin kaget ketika melihat bahwa ucapan inipun dituliskan oleh
aktivis-aktivis gereja di Facebook mereka.
Pertanyaannya, apakah ada yang salah dengan ucapan itu? Bagi
saya ada. Kata-kata itu mengasumsikan bahwa perbuatan baik (amal ibadah)
menjadi jalan supaya seseorang itu diterima Tuhan. Itu asumsi dari ucapan
semacam itu. Dengan kata lain mereka berharap supaya perbuatan baik (amal
ibadah) seseorang yang baru saja meninggal itu membuatnya diterima Tuhan.
Bukankah ini aneh? Aneh karena orang Kristen sejatinya
mengetahui bahwa seseorang diselamatkan melalui iman saja (sola fide) dan bukan
melalui perbuatan baik.
Saya menduga bahwa meskipun banyak orang yang mengaku diri
Kristen tetapi mereka sama sekali tidak mengerti apa artinya diselamatkan
melalui iman saja dan bukan melalui perbuatan baik. Saya pun dulu begitu. Dan
untuk orang-orang seperti itulah saya menulis hal ini.
Jadi, apa artinya diselamatkan melalui iman saja?
Untuk menjawab hal ini, kita harus mengetahui kondisi
manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dalam kitab Roma dinyatakan bahwa,
"semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah"
(Roma 3:23).
Kita harus selalu mengingat bahwa dosa mempunyai konsekuensi
yaitu murka dan hukuman Allah. Jika seseorang berdosa, maka kekudusan Allah
bereaksi terhadap hal itu. Orang berdosa itu harus dihukum Allah, dan hukuman
ultimat adalah neraka yang kekal. Itu adalah keadilan Allah.
Jika Allah mau menyelamatkan seseorang, dalam arti tidak
menghukumnya dalam neraka karena dosa-dosanya, maka Allah bisa melakukan hal
itu hanya setelah Ia menghukum dosa-dosa itu. Masalahnya kalau Ia menghukum
dosa-dosa itu, maka tidak ada keselamatan, karena penghukuman terhadap
dosa-dosa berlangsung kekal dalam neraka.
Maka Allah telah menetapkan dengan kasih Satu Pengganti yang
akan menggantikan posisi orang-orang tertentu untuk menanggung hukuman mereka
yaitu hukuman yang jika mereka sendiri yang menanggung akan berlangsung kekal.
Dan Alkitab berkata bahwa Pengganti itu adalah Yesus yang adalah Allah sendiri,
dan yang kemudian menjadi manusia (Yohanes 1:14) untuk melaksanakan misi
penyelamatan melalui penggantian.
Itulah sebabnya dalam Yesaya 53:5 dinyatakan bahwa:
"Tetapi dia (Yesus) tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia (Yesus)
diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan
bagi kita ditimpakan kepadanya (Yesus), dan oleh bilur-bilurnya (Yesus) kita
menjadi sembuh."
Jadi Yesus tertikam dan diremukkan bukan karena dosa-Nya
sendiri, tetapi karena dosa kita. Ia menggantikan kita. Kita yang seharusnya
ditikam dan diremukkan, tetapi karena kasih-Nya Ia menggantikan kita mengalami
hal itu.
Itulah arti dari kata-kata Yesus bahwa Ia "memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45).
John Stott dalam bukunya yang sangat bagus mengenai karya
Kristus The Cross of Christ menyatakan dengan mengutip F. Buchsel bahwa
kata-kata "tebusan bagi banyak orang" dalam Markus 10:45 secara
harfiah seharusnya "suatu tebusan untuk menggantikan demi banyak
orang" (Yunani: antilytron hyper pollen). Jadi, seperti kesimpulan Stott,
"Kematian Yesus berarti bahwa pada diri-Nya terjadi apa yang seharusnya
terjadi pada diri banyak orang. Karena itu menggantikan mereka" (John Stott,
Salib Kristus - The Cross of Christ [Surabaya: Momentum, 2015], hal.
223).
Itulah yang Yesus lakukan bagi kita umat-Nya. Ia
menggantikan kita untuk menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung.
Penulis surat Ibrani menuliskan sebagai berikut:
"... dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya
ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah
anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah
mendapat kelepasan yang kekal. ... Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang
mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke
dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika
demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi
sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk
menghapuskan dosa oleh korban-Nya. ... Kristus hanya satu kali saja
mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan
menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan
keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia" ( Ibrani 9:12, 25, 26,
28).
Mungkin dipertanyakan bagaimana mungkin Yesus bisa
menanggung hukuman kita dalam neraka hanya beberapa jam di atas salib? Jawaban
saya: karena kebesaran Kristus. Ini bisa diilustrasikan seperti seorang ayah
yang menggantikan anaknya yang berumur 10 tahun untuk memindahkan karung-karung
berisi pasir dari tepi laut ke rumah mereka. Jika anak itu misalnya diharuskan
memindahkan 20 karung, maka itu bisa memakan waktu berminggu-minggu jika anak
itu yang melakukannya. Tetapi jika ayahnya menggantikannya, pekerjaan itu bisa
saja selesai hanya dalam beberapa jam saja. Itu dikarenakan
"kebesaran" ayahnya. Demikian juga Kristus yang adalah Allah dan
Manusia, dengan kebesaran-Nya mampu menanggung semua hukuman dosa umat-Nya
tanpa tersisa sedikitpun melalui kematian-Nya di atas salib.
Ya, Dia menanggung semua hukuman dosa umat-Nya tanpa tersisa
sedikitpun. Jika sampai ada sisa hukuman yang tak ditanggung-Nya maka Ia bukan Juruselamat
yang sempurna. Tetapi puji Tuhan, Dia telah menanggung semua hukuman itu tanpa
tersisa sedikitpun. Sehingga, "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman
bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus" (Roma 8:1).
Inilah fondasi dan satu-satunya sumber keselamatan. Inilah
yang membuat keselamatan hanya bisa didapatkan berdasarkan karya Yesus, tidak
ada dasar yang lain (Yohanes 14:6; Kisah Para Rasul 4:12).
Pada hari yang ketiga, Yesus bangkit dari kematian untuk
meneguhkan bahwa misi penyelamatannya itu berhasil.
Nah jika kita percaya (beriman) kepada Yesus yang telah
menggantikan kita seperti yang telah saya jelaskan di atas, maka kita
diselamatkan. Itulah artinya diselamatkan melalui iman saja bukan karena
perbuatan baik kita (Yohanes 3:16). Paulus menulis: "Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri"
(Efesus 2:8-9).
Jadi, perbuatan baik kita sama sekali tidak mempunyai sumbangsih
dalam keselamatan kita. Semua telah digenapi oleh Yesus di kayu salib yang
kasar, dan diteguhkan oleh kebangkitan-Nya dari kematian.
Jika kita masih mengandalkan perbuatan baik kita untuk
keselamatan kita, maka itu adalah penghinaan, penghujatan terhadap karya
Kristus yang sempurna. Tidak, perbuatan baik tidak pernah punya andil secuilpun
dalam pemerolehan keselamatan kita.
"Satu-satunya" kata William Temple, "yang aku
sumbangkan dalam penebusanku adalah dosa yang darinya aku perlu ditebus."
Jadi, jika Anda mau diselamatkan segeralah datang dan
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagi Juruselamat satu-satunya, jangan
tunggu besok, karena besok mungkin sudah terlambat. "Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut
orang mengaku dan diselamatkan" (Roma 10:9-10).
Anda mungkin bertanya, "Lalu apakah guna perbuatan
baik?" Singkat saja, perbuatan baik adalah hasil dari keselamatan, bukan
penyebab keselamatan. Jadi perbuatan baik berguna sebagai tanda bahwa kita
telah diselamatkan, bukan untuk menyelamatkan kita.
Di awal tulisan ini, saya telah menyinggung mengenai ucapan
kebanyakan orang Kristen di Facebook saat seseorang meninggal: "Semoga
amal ibadah beliau diterima Tuhan." Nah, setelah menjelaskan banyak hal di
atas, maka ucapan itu adalah ucapan yang sesat dan tidak Alkitabiah, karena
mengasumsikan perbuatan baik sebagai jalan atau cara supaya seseorang diterima
Tuhan.
Jadi, Anda tidak perlu mengucapkan atau menulis seperti itu
lagi. Anda cukup berkata, "Turut berdukacita."
Soli Deo Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar