Oleh: Join Kristian Zendrato
Inti dari wawasan dunia (world view) Postmodernisme yang
sedang menjamur saat ini, meminjam istilah yang dipopulerkan oleh filsuf asal
Perancis Jean-Francois Lyotard adalah, "hilangnya metanarasi."
Metanarasi berarti kebenaran objektif, mutlak, dan universal. Dan itulah yang
hilang dalam dunia Postmodern.
Implikasinya jelas sangat berbahaya. Jika kebenaran tidak
lagi objektif dan universal, maka Anda tidak mempunyai hak untuk mengatakan
sesuatu sebagai salah. Semua relatif. Termasuk klaim-klaim teologis.
Setiap klaim-klaim teologis dianggap hanya berlaku pada
tempat dan konteks dimana klaim itu diajarkan. Klaim teologis Anda hanya
berlaku untuk Anda. Dan setiap klaim teologis sama-sama sah, tidak ada yang
salah. Klaim teologis Anda benar untuk Anda, dan klaim teologis Saya benar
untuk Saya.
Itulah implikasi yang tak terhindarkan dari relativisme
postmodern. Dan suka tidak suka, wawasan dunia seperti ini telah meracuni
pemikiran banyak orang Kristen.
Karena itu, tidak heran jika kita sering melihat orang
berkata, "Sudahlah, jangan saling menyalahkan ajaran orang lain. Semua
ajaran sama-sama benar kok."
Semula, kata-kata seperti di atas kelihatan saleh, tetapi
saya akan menunjukkan bahwa kata-kata seperti itu persis menolak dirinya
sendiri.
Pertama-tama, mengenai wawasan dunia Postmodern yang menolak
kebenaran absolut, saya melihat bahwa wawasan dunia seperti itu tidak bisa
berdiri. Sebab, wawasan dunia Postmodern itu sendiri mengusung sesuatu yang
mutlak. Postmodern jelas menganggap bahwa pandangan postmodernlah yang seharusnya
diikuti oleh semua orang. Dan dengan demikian, Postmodernisme sebenarnya
mempresuposisikan sesuatu yang ditolaknya: kebenaran yang objektif, mutlak, dan
universal.
Kedua. Jika segala sesuatu relatif maka, pernyataan yang
menegaskan hal itu juga harus relatif. Dan jika relatif diartikan sebagai
sesuatu yang tidak berlaku mutlak dan universal, tetapi hanya berlaku dalam
konteks tertentu, maka klaim itu sendiri harus dianggap hanya berlaku dalam
konteks di mana pernyataan itu muncul. Dan dengan demikian tidak berlaku bagi
semua orang.
Ketiga. Jika semua klaim dianggap sama-sama benar (misalnya
klaim-klaim teologis), maka konsekuensinya adalah pandangan yang menganggap
bahwa "semua klaim itu sama-sama benar" harus menganggap pandangan
yang menentang pandangan itu sebagai klaim yang benar. Dan ini jelas goblok.
Untuk lebih jelas, saya akan berikan contoh percakapan
imajiner berikut:
Si A: "Semua ajaran sama-sama benar kok."
Join: "Gak ah, kamu salah."
Si A: "Kamu yang salah."
Join: "Lah, kan kamu bilang SEMUA ajaran sama-sama
benar. Jadi, kalau saya mengatakan bahwa kamu salah, maka itu juga benar kan?
Ingat kamu bilang SEMUA ajaran itu benar. Lalu kenapa gak terima kalau saya
mengatakan Anda salah?"
Si A: "?"
Jadi, Anda bisa melihat bahwa jika kebenaran objektif tidak
ada, dan semua ajaran sama-sama benar, maka dunia ini penuh dengan kegoblokkan
yang masif.
Jaga terus akal sehat, jauhi relativisme Postmodern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar