Oleh: Join Kristian
Zendrato
Sebenarnya, sebelumnya
saya telah menulis dua buah artikel di blog saya mengenai doktrin Limited Atonement ini. Dua artikel
tersebut berjudul Penebusan Tak Terbatas (Unlimited Atonement) vs Penebusan Terbatas (Limited Atonement), dan Argumentasi Menarik Dari John Owen Mengenai Doktrin Limited Atonement (Penebusan Terbatas). Dan
dalam tulisan saya kali ini, saya akan fokus untuk membahas doktrin Limited Atonement ini dalam hubungannya
dengan doktrin Substitusi Penal.
Doktrin Substitusi
Penal (Penal Substitution) dapat
didefinisikan sebagai berikut: “Bahwa Allah memberi diri-Nya sendiri di dalam
Pribadi Anak-Nya sebagai ganti kita untuk menderita kematian, hukuman, dan
kutuk yang secara adil ditimpakan kepada umat manusia yang telah terjatuh
sebagai hukuman atas dosa.”[1]
Ini di dukung misalnya oleh Yesaya 53:4-6.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Jadi singkatnya, ketika
Yesus mati, Ia mati menggantikan umat-Nya. Artinya hukuman yang seharusnya
mereka tanggung ditimpakan ke atas-Nya. Jadi, semua hukuman dosa orang yang Ia
gantikan ditimpakan seluruhnya kepada Kristus, tanpa tersisa sedikitpun. Jelas
hal ini membuat penderitaan Kristus menjadi sangat luar biasa. Simaklah kata-kata
Herman Hoksema dalam Reformed Dogmatics-nya
berikut ini:
No one, therefore, even in hell, can ever suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One (Terjemahan: Tidak seorang pun, bahkan dalam neraka, yang bisa menderita apa yang Kristus derita sepanjang kehidupan-Nya di bumi, khususnya di atas salib. Karena, pertama, tidak ada seorangpun yang mungkin bisa merasakan murka Allah sebagai Seorang yang Tak Berdosa. Dan kedua, tidak ada seorang pun yang mungkin bisa memikul seluruh beban murka Allah untuk dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita menurut dosa mereka sendiri dan dalam posisinya yang tersendiri dalam kesepian. Tetapi Kristus memikul dosa umat-Nya sebagai Seorang yang Tak Berdosa).[2]
Nah, sekarang mari kita hubungkan hal ini dengan
doktrin Limited Atonement (Penebusan
Terbatas). Jika Yesus mati untuk semua orang seperti yang diakui oleh
Arminianisme, maka tentunya secara hukum, Yesus menggantikan mereka semua.
Dengan demikian seharusnya semua manusia selamat. Tetapi faktanya banyak orang
yang masuk neraka? Pertanyaannya, kenapa masih ada yang masuk neraka? Bukankah
Yesus telah mati bagi semua manusia? Silahkan orang Arminian menjawab!
The very idea of substitution is that what is done by one in the place of another, avails as though that other had done it himself. The victim was the substitute of the offerer, because its death took the place of his death. If both died there was no substitution (Terjemahan: Gagasan dari penggantian adalah bahwa apa yang dilakukan oleh satu orang di tempat dari orang lain, berguna seakan-akan orang lain itu telah melakukannya sendiri. Korban adalah pengganti dari si pelanggar, karena kematian korban mengambil tempat dari kematian si pelanggar. Jika keduanya mati, di sana tidak ada penggantian).[3]
Jadi jika ada orang yang akhirnya
dihukum dalam neraka, maka sebenarnya Yesus tidak mati untuk menggantikan orang
itu. Karena jika Yesus telah mati baginya menggantikan dia, maka dia seharusnya
tidak dihukum, kecuali Allahnya tidak adil, sehingga Ia menuntut hukuman dobel,
satu dalam diri si pengganti dan sekali lagi dalam diri yang digantikan.
Jadi, bagi saya sendiri, berdasarkan
hal-hal di atas, saya berkesimpulan bahwa doktrin Unlimited Atonement (Penebusan Tak Terbatas) yang diusung oleh
Arminianisme bertentangan frontal dengan karya Kristus yang sempurna dan dengan
demikian tidak Alkitabiah. Jika seseorang setuju dengan kesempurnaan karya
Kristus bahwa ia benar-benar menghapuskan hutang dosa umat-Nya dalam
kematian-Nya, maka tidak bisa tidak, akal sehat akan memeluk erat doktrin Limited Atonement (Penebusan Terbatas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar