Senin, 01 April 2019

ALLAH BISA KARENA BIASA???

Oleh: Join Kristian Zendrato

Dulu, saya sering mendengar orang-orang berkata “Allah bisa karena biasa.” Kata-kata itu biasanya muncul ketika mereka sedang memberikan motivasi supaya kami tidak mudah patah semangat, tetapi terus mau mencoba, dan mencoba. Tetapi ketika saya memikirkan kata-kata ini dengan seksama, saya melihat penghujatan kepada Allah. “Kok bisa?” Anda mungkin bertanya!

Begini, apakah Anda pernah menanyakan apa arti kata “biasa” dalam kata-kata itu. “Allah bisa karena BIASA.” Apa arti kata “biasa” dalam pernyataan di atas? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, saya mendapati bahwa salah satu arti dari kata “biasa” adalah “telah kerap kali melakukan.”[1] Ketika kita bertanya kepada seseorang, “Mengapa Anda pintar sekali memainkan gitar?” Maka jawabannya sering seperti ini, “Ya, karena saya telah BIASA.” Kata biasa dalam kalimat itu berarti “telah kerap kali melakukan.”

Nah, sekarang apa arti “telah kerap kali melakukan?” Hal itu berarti, melakukan sesuatu berulang-ulang meskipun sering gagal, hingga pada akhirnya seseorang menjadi mahir melakukan sesuatu itu. Anda bisa bermain gitar, karena berulang-ulang memainkannya, dan dalam proses yang berulang-ulang itu, Anda sering mengalami kegagalan, hingga akhirnya Anda mahir memainkan gitar.[2] 

Sekarang, mari kita teliti kata-kata “Allah bisa karena biasa” tadi. Jika kata “biasa” dalam pernyataan ini berarti “telah kerap kali melakukan” seperti yang telah saya jelaskan di atas, maka itu berarti: Allah bisa melakukan sesuatu, karena telah sering melakukan apa yang dilakukan-Nya itu berulang-ulang, hingga akhirnya Ia bisa melakukannya. Dan ingat, “telah kerap kali melakukan” mengindikasikan kegagalan-kegagalan sebelum akhirnya seseorang itu bisa. 

Nah, sekarang Anda bisa melihat mengapa di awal paragraf tulisan ini saya menganggap bahwa kata-kata “Allah bisa karena biasa,” adalah penghujatan. Kata-kata itu mengasumsikan ketidaksempurnaan dalam diri Allah, yang terus-menerus mencoba melakukan sesuatu hingga pada akhirnya Ia bisa. Bukankah gambaran ini tidak sesuai dengan Allah Alkitab yang dalam natur-Nya adalah sempurna tanpa cacat, serta bisa melakukan segala sesuatu tanpa “percobaan-percobaan terlebih dahulu?”


[1]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 153. 
[2]Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kerap” diartikan sebagai berikut: (1) berkali-kali; acap kali; banyak kali; (2) tidak jarang; dll. Lihat Kamus Bahasa Indonesia,  hal. 572. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...