Kamis, 27 September 2018

NOTE UNTUK DOKTRIN ALLAH TRITUNGGAL

Oleh: Join Kristian Zendrato
 
Doktrin Kekristenan mengenai Allah Tritunggal telah banyak di-salah-mengerti oleh berbagai macam kalangan. Mungkin Anda pernah mendengar tuduhan-tuduhan seperti ini: Allah orang Kristen itu tiga; Doktrin Tritunggal itu tidak masuk akal; Bagaimana mungkin 1+1+1=1, dan seterusnya. Jika Anda telah belajar sejarah Kekristenan, Anda akan bisa melihat bahwa sebenarnya tuduhan-tuduhan di atas, telah dijawab oleh Kekristenan. Tetapi tetap saja, serangan-serangan itu tetap muncul. Untuk itu, saya akan memberikan note secara ringkas mengenai pernyataan doktrin Allah Tritunggal ini. 

Pertama. Orang Kristen mengakui bahwa Allah itu Esa (Ul. 6:4; 1 Tim 2:5, dsb). Dengan demikian iman Kristen adalah iman yang bersifat monotheis.

Kedua. Orang Kristen juga mengakui bahwa ada kejamakan tertentu dalam diri Allah. Itu bisa dilihat misalnya dalam bagian-bagian Alkitab seperti Kej. 1:26 dimana istilah “Kita” menunjuk pada Allah. Kemudian dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam Mat. 3:16-17, ketiga Pribadi muncul secara bersamaan – Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Juga, ketiga Pribadi itu dinyatakan saling mengasihi (Yoh. 12:27-28), Pribadi yang satu mengutus Pribadi yang lain (Yoh. 14:24, 26; 15:26; 16:7), Pribadi yang satu memuliakan Pribadi yang lain (Yoh. 8:54; 16:14; 12:28), dan sebagainya. 

Ketiga. Berdasarkan data Alkitab di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa di satu sisi, Alkitab mengakui bahwa Allah itu Esa, tetapi disisi lain, Alkitab juga menginformasikan bahwa ada kejamakan tertentu dalam diri Allah. Maka berdasarkan data tersebut, kita bisa menyatakan bahwa Allah itu 1 X dan 3 Y.

Keempat. Dalam sejarah Kekristenan, akhirnya diputuskan bahwa X adalah Hakikat, dan Y adalah Pribadi. Tentunya pemilihan terminologi ini tidak sembarangan, tetapi dengan menyesuaikannya dengan data Alkitab. Memang kata “Hakikat” dan “Pribadi” itu tidak ditemukan dalam Alkitab. Tetapi itu tidak masalah, asalkan ajaran yang dimuat dalam istilah itu sesuai dengan Kitab Suci. Kata “Sakramen” (yang menunjuk pada Baptisan dan Perjamuan Kudus) juga tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi toh itu tidak dipermasalahkan, karena memang ajarannya ada dalam Alkitab, meskipun istilahnya tidak ada. 

Kelima. Jadi, dalam iman Kristen, Allah itu mempunyai 1 hakikat yang sama, dan 3 pribadi yang berbeda. Untuk poin ini, tidak ada ilustrasi apa pun yang bisa menjelaskannya. Dua botol Aqua itu mempunyai hakikat yang sama, tetapi hakikatnya tetap 2. Jadi jika kita melihat 2 botol Aqua, maka kedua botol itu mempunyai 2 hakikat yang sama dan dua “pribadi.” Tetapi dalam doktrin Allah Tritunggal Hakikat Allahnya itu BUKAN CUMA SAMA TETAPI SATU, dan PRIBADI-NYA TIGA. 

Keenam. Ini bukan tidak masuk Akal, tetapi berada di luar jangkauan Akal kita. Jika orang Kristen menyatakan bahwa Allah itu mempunyai 1 hakikat dan 3 hakikat pada saat yang sama, maka itu memang tidak masuk akal; atau jika orang Kristen menyatakan bahwa Allah itu mempunyai 1 pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama, maka itu memang tidak masuk akal. Tetapi kepercayaan Kristen tidak seperti itu. Orang Kristen mempercayai Allah itu mempunyai 1 hakikat yang sama dan 3 Pribadi yang berbeda. Sekali lagi, ini bukan tidak masuk akal, tetapi berada di luar jangkauan akal manusia. Tetapi, justru inilah yang seharusnya terjadi, karena manusia memang tidak bisa memahami Allah dengan sepenuhnya. Gregory Nazianzus benar ketika ia menyatakan, “adalah sulit untuk memahami Allah, tetapi untuk mendefinisikan Dia dalam kata-kata adalah kemustahilan” (dikutip dalam Robert Letham, Allah Trinitas, hal. 166). Singkatnya, tidak ada siapa pun yang bisa menjelaskan bagaimana Allah itu seutuhnya. Deus comprehensus non est Deus (Allah yang dimengerti sepenuhnya bukanlah Allah).

Ketujuh. Ada sebagian orang Kristen yang menjelaskan doktrin Tritunggal ini dengan cara seperti ini: mereka menganggap bahwa Allah itu satu. Kemudian Allah yang satu ini, menyatakan dirinya dalam 3 perwujudan yang berbeda. Ilustrasi untuk ajaran seperti ini adalah seperti ini, misalnya: di rumah, saya adalah seorang ayah; di kampus, saya adalah Dosen; di Gereja, saya adalah pendeta. Jika diterapkan kepada Allah, maka mereka biasanya berkata: dalam PL, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa; dalam PB, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak (Yesus), dan setelah kenaikan Yesus ke surga, maka Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Roh Kudus. Pada zaman sekarang, ajaran ini sering muncul dalam kata-kata pendeta yang mengucapkan kata-kata berkat: dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus YAITU DALAM NAMA YESUS. Jadi, dalam kata-kata seperti itu, Yesus itu adalah Bapa, Yesus itu adalah Anak dan Yesus adalah Roh Kudus. Tetapi meskipun ajaran ini begitu populer, tetap, ajaran model seperti ini tidak sesuai dengan Data Alkitab, yang memberitahukan kepada kita bahwa ketiga Pribadi itu bisa saling bicara, saling mengutus, saling mengasihi, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini tentunya tidak bisa diterapkan dalam ajaran seperti di atas. Ajaran ini adalah ajaran sesat. Dalam sejarah gereja ajaran ini disebut Sabelianisme dan telah dikutuk.

Kedelapan. Kesimpulan saya: dalam menjelaskan doktrin Allah Tritunggal, kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita menjelaskannya bertentangan dengan Alkitab, dan jangan sampai kita menjelaskan doktrin ini dengan mengusahakan supaya doktrin ini bisa masuk akal (misalnya seperti Sabelianisme). 

Selamat berhati-hati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...