Senin, 15 Oktober 2018

I AM NOT A FAN (AKU BUKAN SEORANG PENGGEMAR)!

Oleh: Join Kristian Zendrato

Hari ini saya membaca Not a Fan karya Kyle Idleman (buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Selviya H. Mannuputty; penerbit Literatur Perkantas Jawa Timur, 2012, dengan judul Bukan Seorang Penggemar). Buku ini cukup praktis, di dalamnya dibahas hal-hal tentang mengikut Yesus. Kyle secara panjang lebar mengeluhkan bahwa banyak orang yang percaya kepada Yesus, tetapi tidak benar-benar mengikuti-Nya. Ia menyebut mereka ini sebagai seorang ‘penggemar’ (fan). Kyle tentunya tidak menyangkal bahwa kepercayaan kepada Yesus itu penting, ya, itu penting. Tetapi, terkadang banyak orang yang hanya berhenti di sana, tanpa siap mengikuti Dia. Lalu apa persisnya mengikut Yesus itu? Dalam Bab 11 yang diberi judul oleh Kyle “Pikullah salibmu setiap hari – sebuah kematian tiap hari,” Kyle menceritakan sebuah kisah nyata yang menggambarkan arti mengikut Yesus. Dengarkan cerita Kyle berikut ini!

Ketika saya pergi ke luar kota dan berkhotbah di sebuah gereja di Pantai Barat, ada seorang pria yang mendatangi saya dan menyampaikan kekalutannya atas putrinya yang sedang bersiap untuk menikah dengan seorang pemuda ateis. Sang ayah meminta saya bertemu dengan pemuda yang akan segera menjadi menantunya ini. Saya mendapat nomor ponsel pemuda itu dan meneleponnya dalam perjalanan pulang ke hotel. Saya memberitahunya siapa saya dan mengajaknya makan siang bersama sebelum pesawat saya berangkat keesokan harinya. Yang membuat saya terkejut, ia setuju. Seorang pendeta yang makan siang bersama seorang ateis mungkin terlihat konyol, namun ia dan saya bisa langsung akrab. Kami berbincang selama beberapa jam dan setelah ia menceritakan kisahnya, saya pun memberitakan injil kepadanya. Inilah pertama kalinya ia mendengar sebagian besar hal yang saya katakan. Di penghujung makan siang, kami berdoa bersama kemudian ia bertobat dari dosa-dosanya dan mengaku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Saya memberinya nomor ponsel saya dan menghubungkannya dengan pendeta setempat. Rasanya luar biasa, Allah mempertemukan kami di waktu yang tepat. Sekitar enam minggu kemudian saya mengobrol dengan pendeta gerejanya dan mendengar bahwa iman anak muda ini dan komitmennya kepada Kristus bertumbuh pesat. Saya tidak pernah lagi mendengar kabarnya selama lebih dari setahun. Kemudian suatu hari, ia menelepon saya. Ia bercerita bahwa ia telah menikah selama delapan bulan dan semuanya lancar. Namun ia melanjutkan penjelasannya bahwa ayah mertuanya kesal padanya dan ia ingin bertanya pada saya, apa yang harus dilakukannya. Ayah mertuanya merasa ia perlu “menurunkan laju” imannya. Rupanya, pemuda ini memaknai Firman Allah tentang persepuluhan dengan sangat serius namun ayah mertuanya beranggapan uang itu sebaiknya ditabung untuk membeli rumah. Ayah mertuanya juga tidak setuju dengan keputusan anak muda ini untuk tidak bekerja pada hari Minggu agar ia bisa menyembah Tuhan di gereja. Dan ayah mertuanya itu berkata padanya, “Aku benar-benar-benar senang kau menjadi seorang Kristen, tetapi Yesus tidak pernah menginginkanmu menjadi fanatik.” (Kyle, Not a Fan, hal. 181).

Jika anda menyimak dengan baik cerita di atas, maka anda akan berkesimpulan bahwa mengikut Kristus adalah menundukkan segenap kehidupan di bawah otoritas Kristus. Itulah yang dilakukan oleh anak muda di atas, meski pada akhirnya ketundukannya pada Kristus dan firman-Nya membuat ayah mertuanya kesal. Dan memang seorang pengikut Kristus, harus lebih taat kepada Kristus, mengutamakan kepentingan Kristus, dan mengasihi Kristus di atas segala-galanya.

Seorang Teolog Reformed bernama Charles Hodge (1797-1878), Profesor Systematic Theology dari Princeton Theological Seminary, dalam buku tafsirannya An Exposition of 2nd Corinthians pernah berkata, “A Christian is one who recognizes Jesus as the Christ, the Son of the Living God, as God manifested in the flesh, loving us and dying for our redemption; and who is so affected by a sense of the love of this incarnate God as to be constrained to make the will of Christ the rule of his obedience, and the glory of Christ the great end for which he lives” (Terjemahan saya: Seorang Kristen adalah seorang yang mengenal Yesus sebagai Kristus, anak Allah yang hidup, sebagai Allah yang dinyatakan dalam daging, mengasihi kita dan mati untuk penebusan kita; dan seorang yang sangat dipengaruhi oleh sebuah pengertian dari kasih Allah yang berinkarnasi ini yang mendesaknya untuk membuat kehendak Kristus sebagai aturan hidupnya, dan kemuliaan dari Kristus adalah akhir yang agung untuk mana dia hidup).[1]

Bagaimana dengan kehidupan kekristenan anda? Seberapa taat kah kita memelihara sabat Tuhan? Seberapa taat kah kita untuk menghindari suap untuk kenaikan jabatan? Seberapa besarkah perjuangan kita untuk menjadikan kehendak Kristus sebagai aturan hidup kita? Saudara mungkin sudah percaya kepada Yesus, tetapi apakah saudara sudah mengikut Dia? Pastikanlah bahwa saudara bukan sekedar penggemar! I am not a fan, I am a follower of Christ!


[1]Charles Hodge, An Exposition of 2nd Corinthians, hal. 150. Buku tafsiran ini dapat anda download seluruhnya dalam format PDF di link ini: https://truth4freedom.files.wordpress.com/2012/11/hod_2cor.pdf

1 komentar:

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...