Rabu, 03 Oktober 2018

HISTORISITAS ADAM

Oleh: Join Kristian Zendrato

Karl Barth, Emil Brunner, dan banyak pakar lain, mengakui doktrin kejatuhan tetapi menyangkal adanya Adam yang historis [lihat G.I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster:Untuk Kelas Penelaahan (Surabaya: Momentum, 2006), 82-85; dan Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah (Surabaya: Momentum, 2010), 146-152]. Anthony Hoekema menyatakan bahwa menurut Karl Barth, narasi Kej. 3:1-7 bukanlah sejarah melainkan saga, Adam bukanlah pribadi historis melainkan contoh representatif dari semua manusia dari yang mengikutinya (Hoekema, Manusia, 46).

Emil Brunner menolak apa yang ia sebut “historisitas kasih Adam”; ia bersikeras bahwa bagi manusia modern, tak ada lagi kemungkinan untuk menerima historisitas seperti itu (Hoekema, Manusia, 146). 

Hoekema menyebutkan satu tokoh lagi yang berpandangan sama dengan Barth dan Brunner, yakni H.M. Kuirtert, seorang guru besar teologi di Free University of Amsterdam. Kuirtert menyatakan bahwa kita tidak boleh memahami Adam sebagai satu pribadi historis, tetapi lebih sebagai sebuah contoh yang mendidik atau sebuah “model pengajaran” – sebagai ilustrasi akan apa yang terjadi terhadap setiap orang, yang membantu kita untuk memahami signifikansi dan realitas tentang Yesus Kristus (Hoekema, Manusia, 146).  

Dalam menanggapi pandangan-pandangan ini, Hoekema dengan benar berkata, “Saya yakin, penyangkalan bahwa Adam dan Hawa benar-benar pernah hidup di bumi dan pemahaman bahwa Adam dan Hawa hanyalah simbol atau ‘model pengajaran,’ disebabkan oleh pemahaman yang tidak tepat atas Alkitab.” (Hoekema, Manusia, 147). 

Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Adam adalah manusia yang historis: silsilah dalam 1 Tawarikh 1 dimulai dengan Adam (ay 1),  dan ini jelas menunjukkan bahwa Adam benar-benar tokoh historis. Silsilah Yesus dalam Luk. 3, diakhiri dengan kata kata berikut: “anak Enos, anak Set, anak Adam” (ay. 30). Ayat ini menempatkan Adam di antara pribadi-pribadi yang historis, yang menunjukkan bahwa Adam merupakan tokoh yang historis pula. Ketika orang-orang Farisi menanyakan masalah perceraian kepada Yesus (Mat. 19:4-6; Mrk. 10:6-8), Yesus mengacu pada Kej. 1:27 dan 2:24. Kata-kata Yesus ini mengasumsikan eksistensi sepasang manusia aktual. Paulus menerima Historisitas orang tua pertama kita (1 Tim 2:13). Paulus bahkan membandingkan Adam dengan Kristus (Roma 5:12-21; 1 Kor. 15:21-22). Jadi jika Kristus adalah tokoh historis maka Adam juga harus tokoh historis. Kemudian, dalam Kis. 17:26 tertulis: “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka.” Kata “satu orang” menunjuk kepada Adam, jadi, narasi ini mendukung historisitas Adam.

1 komentar:

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...