Sabtu, 06 Oktober 2018

HATI-HATI DENGAN DUSTA!

Oleh: Join Kristian Zendrato

Hari ini, saya terus mikir tentang apa yang harus saya tulis di blog saya. Puji Tuhan, Tuhan masih memberi hikmat untuk bisa berpikir dan menuangkannya dalam dua halaman Microsoft Office Word. Hehehe! Selamat membaca!

Akhir-akhir ini bumi Nusantara dihebohkan dengan kasus Ratna Sarumpaet yang awalnya mengaku dianiaya hingga mukanya babak belur, tetapi akhirnya mengakui bahwa itu bukan akibat penganiayaan tetapi efek dari sedot lemak pipi. Apesnya, sebelum mengklarifikasi hal itu, banyak orang telah mengaminkan klaim awal Sarumpaet, bahkan mengutuk tindakan “penganiayaan” itu! Saya tidak mau berspekulasi lebih jauh mengenai kasus ini, kita tunggu pihak yang berwajib menyelesaikannya. Namun setidaknya dari kisah non fiktif di atas, sebagai orang percaya, kita bisa belajar dua hal:

PERTAMA. Kita seharusnya menjauhkan diri dari aktivitas menyebarkan kabar bohong. Mengatakan apa pun yang bertentangan dengan informasi atau kejadian yang sebenarnya adalah tindakan berbohong. Kita harus mengingat bahwa ini tetap berlaku dalam pembicaraan yang paling remeh. Anda mungkin pernah mendengar seseorang berbohong ketika ditanya, “Kamu sudah makan?” dan menjawab “Belum,” padahal dia sudah makan.

Menambah informasi yang sebenarnya tidak ada tentang sesuatu juga adalah tindakan berdusta. Coba misalnya bayangkan, Si A melihat seorang cewe dan seorang cowo yang pergi ke sebuah hotel. Hanya itu yang dia lihat. Tetapi ketika Si A menceritakan kejadian itu kepada Si B, Si A mengatakan bahwa si cewe dan si cowo itu masuk ke dalam hotel lalu berhubungan seks. Ini tentunya penambahan informasi yang menyesatkan.

Kemudian, memberitakan setengah kebenaran, kadang-kadang juga bisa dikategorikan sebagai tindakan berdusta. Seseorang pernah berkata, “half truth is the whole lie” (setengah kebenaran adalah dusta yang utuh).

Dalam memberikan informasi, kita juga harus membedakan antara tindakan pasif dan aktif dari sebuah kejadian. Misalnya dalam sebuah keluarga ada perceraian. Adalah salah kalau kita selalu menyalahkan keduanya (kadang-kadang memang keduanya bisa salah). Bisa saja, dalam perceraian itu yang satu dicerai sedangkan yang satu mencerai.

Tidak menepati janji secara sengaja juga adalah tindakan berdusta. Anda mungkin sering mendengar perkataan ini, “Nanti, jam 4 saya datang,” ternyata dia baru muncul satu bulan kemudian. Ini juga sering terjadi ketika para CALEG mengucapkan janji-janji mereka dihadapan publik tetapi tak pernah dipenuhi. Lain di mulut, lain di hati.

Saya juga tidak percaya dengan white lie seperti yang dilakukan oleh Abraham dalam Kej. 12:11-13. Bagaimana pun itu adalah dusta. Ini juga berlaku ketika seseorang misalnya berkata kepada anaknya, “Nak, ayah lagi capek. Kalau ada yang cari bapak, bilang saja kalau ayah belum pulang.”

Saya mau menambahkan satu hal yaitu: bahwa semua manusia sebenarnya pernah berdusta, dan Alkitab menyatakan bahwa “Tetapi … semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Wahyu 21:8).

Jika kita jujur dengan diri kita, apakah kita bisa luput dari lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang itu? Terhadap hal ini saya mempunyai dua jawaban: (1) jika mengandalkan perbuatan kita untuk dibebaskan dari neraka itu, maka kita tidak bisa luput. (2) jika kita merasakan bahwa kita adalah orang berdosa dan datang serta percaya kepada Kristus, maka kita akan luput. Roma 8:1 menyatakan, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Maukah Anda datang dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda?

KEDUA. Kita tidak boleh mengaminkan langsung apa pun yang dikatakan oleh seseorang tanpa menyeledikinya lebih dulu, seperti orang-orang yang mengaminkan langsung pernyataan awal Ratna Sarumpaet. Saya mau menghubungkan ini sedikit dengan pemberitaan firman Tuhan dalam Gereja.

Banyak orang yang begitu saja mengaminkan khotbah pendeta yang “top” tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Jika pendetanya suka buat lelucon bak seorang pelawak kondang, maka menurut pengalaman saya, banyak orang yang terbuai dengan lelucon si pengkhotbah tanpa peduli apakah yang dia khotbahkan sesuai dengan Alkitab atau tidak. Ini adalah tindakan tolol yang tidak Alkitabiah. Dalam Kisah 17:11 dinyatakan bahwa, “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.” Ini jelas sangat bertentangan dengan sikap banyak oran Kristen yang tukang ‘amin’ terhadap setiap khotbah. Be wise!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...