Minggu, 21 Oktober 2018

SHEOL DAN HADES

Oleh: Join Kristian Zendrato

Beberapa waktu yang lalu saya diminta oleh teman saya Petrus Manimai untuk menulis tentang HADES. Maka tulisan ini akan saya dedikasikan untuk beliau.

Pertama-tama perlu diketahui bahwa kata HADES adalah sebuah kata Yunani sedangkan SHEOL adalah kata Ibrani yang artinya sama dengan HADES. Untuk mengetahui arti dari kata ini, maka tentunya kita harus memeriksa ayat-ayat yang mengandung kata itu dan tentunya dengan memperhatikan konteks ayat tersebut.

Tetapi sebelum itu, saya mau membahas satu pandangan yang salah mengenai arti dari SHEOL dan HADES ini. Ada kalangan tertentu yang menyatakan bahwa SHEOL dan HADES itu menunjuk pada suatu tempat di mana orang percaya dan tidak percaya akan pergi bersama setelah mati. Di sana tidak ada penghukuman atau pahala, tempatnya netral. Asumsi dari pandangan ini adalah bahwa setelah kematian seseorang tidak langsung masuk surga atau neraka, tetapi mereka lebih dulu akan masuk ke tempat penantian yang mereka sebut HADES atau SHEOL. Apakah pandangan ini bisa dibenarkan? Kita akan menguji pandangan ini dengan meneliti data-data tekstual Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru apakah memang HADES atau SHEOL bisa diartikan seperti itu atau tidak.

Pertama, SHEOL dan HADES kadang-kadang menunjuk pada neraka. Bahwa SHEOL kadang-kadang menunjuk pada neraka itu ditunjukan secara eksplisit oleh Ulangan 32:22, “Sebab api telah dinyalakan oleh murka-Ku, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung.” Kata-kata “dunia orang mati” dalam teks di atas diterjemahkan dari bahasa Ibraninya yakni SHEOL. Perhatikan bahwa ayat di atas mendeskripsikan bahwa di SHEOL itu murka Allah menyala-nyala. Sepertinya ini menunjuk pada neraka, tempat penghukuman. Jika ini benar, maka pandangan yang mengatakan bahwa SHEOL adalah tempat netral di mana baik orang percaya maupun tidak percaya akan pergi menjadi bubar.

Kemudian kata Yunani HADES juga kadang-kadang menunjuk pada neraka. Ini misalnya dibuktikan dalam cerita mengenai orang kaya dan Lazarus dalam lukas 16. Perhatikan khususnya ayat 23, “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.” Kata-kata “alam maut” dalam teks di atas diterjemahkan dari kata Yunani HADES. Kemudian perhatikan bahwa kondisi orang kaya itu yang berada di HADES digambarkan dengan kata-kata “menderita sengsara” (ay. 23) dan “sangat kesakitan dalam nyala api” (ay. 24). Gambaran-gambaran menakutkan ini jelas menunjuk pada neraka, tempat penghukuman. Lagi-lagi, jika ini benar, maka pandangan yang menyatakan bahwa HADES menunjuk pada tempat penantian atau tempat netral menjadi bubar.

Kedua, SHEOL juga kadang-kadang menunjuk pada kuburan. Ini dibuktikan misalnya dalam teks-teks di mana orang beriman pun masuk ke sana. Perhatikan beberapa ayat berikut: Kej. 37:35, “Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati (SHEOL)!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya”. Kej. 42:38, “Tetapi jawabnya: ‘Anakku itu tidak akan pergi ke sana bersama-sama dengan kamu, sebab kakaknya telah mati dan hanya dialah yang tinggal; jika dia ditimpa kecelakaan di jalan yang akan kamu tempuh, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati (SHEOL) karena dukacita.’” Kej. 44:29,31, “Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati (SHEOL) karena nasib celaka. ... tentulah akan terjadi, apabila dilihatnya anak itu tidak ada, bahwa ia akan mati, dan hamba-hambamu ini akan menyebabkan hambamu, ayah kami yang ubanan itu, turun ke dunia orang mati (SHEOL) karena dukacita.”

Saya beranggapan bahwa kata SHEOL dalam ayat-ayat di atas, tidak boleh diartikan sebagai neraka. Karena dalam teks-teks di atas, tokoh yang dibicarakan dalam kaitannya dengan kata SHEOL adalah Yakub, yang adalah orang percaya, dan saya yakin orang percaya tidak akan pernah masuk ke neraka. Juga, kata SHEOL dalam ayat-ayat di atas tidak boleh diartikan sebagai tempat netral atau tempat penantian, karena jika diartikan seperti itu, maka akan bertentangan dengan dua ayat sebelumnya yaitu Ulangan 32:22 dan Lukas 16:23. Untuk itu, pada teks di atas, saya lebih condong untuk mengartikannya sebagai kuburan.

Berdasarkan hal-hal ini, saya beranggapan bahwa kata SHEOL dan HADES tidak pernah menunjuk pada tempat penantian atau tempat netral di mana semua orang setelah mati akan ke sana. Kedua kata itu kadang-kadang menunjuk pada neraka, dan kadang-kadang menunjuk pada kuburan. Jelas bahwa untuk menentukan apakah itu menunjuk pada neraka atau kuburan, kita harus memperhatikan konteks ayat yang sedang kita teliti.

Lalu, jika SHEOL atau HADES tidak menunjuk pada tempat penantian, di manakah tempat orang setelah mati? Saya menjawab: Setelah seseorang mati, maka jiwa (roh) orang itu langsung masuk surga (jika dia orang percaya) atau neraka (jika dia bukan orang percaya) tanpa singgah terlebih dahulu ke tempat penantian. Sedangkan tubuh orangnya tetap berada dalam kuburan, dan pada hari kebangkitan akan dibangkitkan kemudian disatukan dengan jiwa (roh) yang telah ada di surga atau di neraka. Dasar saya berkesimpulan seperti ini adalah sebagai berikut:

Dalam Filipi 1:23 Paulus berkata, “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik.” Kata “pergi” dalam ayat di atas artinya pasti “mati.” Dan dengan demikian Paulus mengisyaratkan bahwa ketika ia mati ia akan langsung bersama-sama dengan Kristus  atau masuk surga.

Kemudian dalam Lukas 23:43 tertulis, “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’” Ini menunjukkan bahwa pada hari itu juga, pada saat penjahat itu mati, maka ia akan langsung masuk ke surga atau firdaus.

Kemudian dalam Yudas 1:7 tertulis, “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.” Perhatikan bahwa orang-orang yang dibicarakan dalam ayat di atas adalah orang-orang Sodom dan Gomora yang ada dalam Perjanjian Lama. Mereka dikatakan “telah menanggung siksaan kekal.” Ini jelas menunjuk pada neraka. Jadi adalah omong kosong jika ada yang menyatakan bahwa setelah manusia mati dia tidak langsung masuk surga atau neraka. Ajaran model seperti itu bertentangan dengan ayat di atas. Jika ajaran seperti itu benar, mengapa dalam Yudas 1:7 di atas dikatakan bahwa orang-orang Sodom dan Gomora telah dihukum dalam neraka?

Namun mungkin anda bertanya dimana dasar Alkitab yang menyatakan bahwa tubuh yang ada di dalam kubur baru akan disatukan pada hari kebangkitan? Saya akui saya belum menemukan ayat yang menyatakan secara eksplisit bahwa tubuh kita yang ada dalam kuburan akan dibangkitan pada hari kebangkitan dan kemudian disatukan dengan jiwa (roh) kita yang sudah ada di surga atau di neraka. Tetapi ini adalah konsekuensi logis dari ayat-ayat di atas. Jika kita menerima bahwa jiwa seseorang langsung masuk surga atau neraka pada saat orang itu mati (berdasarkan 3 ayat di atas), maka tidak bisa tidak tubuh manusia itu pasti di kubur, dan Perjanjian Baru mengajarkan bahwa pada akhirnya tubuh itu akan dibangkitan pada hari kebangkitan. Nah, jika jiwa (roh)nya sudah ada di surga atau di neraka, pada saat tubuhnya dibangkitkan, maka tidak bisa tidak tubuh itu pasti akan disatukan dengan jiwa (roh) yang sudah ada di surga atau di neraka tersebut.

Jadi, kesimpulannya adalah keadaan orang percaya pada saat dia mati adalah surga tanpa tubuh (jiwanya saja yang masuk surga). Sedangkan keadaan akhir dari orang percaya adalah surga dengan tubuh (jiwa dan tubuhnya akan disatukan). Keadaan orang tidak percaya saat dia mati adalah neraka tanpa tubuh (jiwanya saja yang ada di neraka). Sedangkan keadaan akhir dari orang tidak percaya adalah neraka dengan tubuh (jiwa dan tubuhnya akan disatukan).

Tetapi mungkin anda menyimpan pertanyaan ini: jika jiwa (roh) manusia setelah mati langsung masuk surga atau neraka, apa gunanya penghakiman terakhir? Penghakiman terakhir tidak boleh ditiadakan (tidak berguna) hanya gara-gara jiwa (roh) manusia sudah masuk surga atau neraka setelah ia mati. Meskipun setelah mati manusia sudah dihakimi (sudah masuk surga atau neraka) tetapi itu hanya penghakiman terhadap jiwa (roh) dan bersifat individu. Sedangkan pada penghakiman terakhir penghakimannya akan berlangsung bukan hanya untuk jiwa (roh) saja tetapi juga untuk tubuh, bukan hanya bersifat individu tetapi universal. Mengenai hal ini, saya akan mengutip kata-kata dari Prof. Louis Berkhof, seorang ahli teologi Reformed dari Calvin Theological Seminary. Berkhof menulis, “Penghakiman  pada akhir zaman itu berbeda dengan penghakiman yang diberikan ketika seseorang mati. Penghakiman terakhir ini tidak rahasia, tetapi di muka umum, bukan hanya menghakimi jiwa saja, tetapi juga tubuh, tidak saja kepada satu individu tunggal, tetapi bagi semua manusia.”[1]

[1]Louis Berkhof, Teologi Sistematika 6: Doktrin Akhir Zaman, hal. 136. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...