Senin, 12 November 2018

HUBUNGAN ANTARA DOKTRIN SUBSTITUSI PENAL DENGAN LIMITED ATONEMENT (PENEBUSAN TERBATAS)

Oleh: Join Kristian Zendrato

Sebenarnya, sebelumnya saya telah menulis dua buah artikel di blog saya mengenai doktrin Limited Atonement ini. Dua artikel tersebut berjudul Penebusan Tak Terbatas (Unlimited Atonement) vs Penebusan Terbatas (Limited Atonement), dan Argumentasi Menarik Dari John Owen Mengenai Doktrin Limited Atonement (Penebusan Terbatas). Dan dalam tulisan saya kali ini, saya akan fokus untuk membahas doktrin Limited Atonement ini dalam hubungannya dengan doktrin Substitusi Penal.

Doktrin Substitusi Penal (Penal Substitution) dapat didefinisikan sebagai berikut: “Bahwa Allah memberi diri-Nya sendiri di dalam Pribadi Anak-Nya sebagai ganti kita untuk menderita kematian, hukuman, dan kutuk yang secara adil ditimpakan kepada umat manusia yang telah terjatuh sebagai hukuman atas dosa.”[1] Ini di dukung misalnya oleh Yesaya 53:4-6.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Jadi singkatnya, ketika Yesus mati, Ia mati menggantikan umat-Nya. Artinya hukuman yang seharusnya mereka tanggung ditimpakan ke atas-Nya. Jadi, semua hukuman dosa orang yang Ia gantikan ditimpakan seluruhnya kepada Kristus, tanpa tersisa sedikitpun. Jelas hal ini membuat penderitaan Kristus menjadi sangat luar biasa. Simaklah kata-kata Herman Hoksema dalam Reformed Dogmatics-nya berikut ini:
No one, therefore, even in hell, can ever suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One (Terjemahan: Tidak seorang pun, bahkan dalam neraka, yang bisa menderita apa yang Kristus derita sepanjang kehidupan-Nya di bumi, khususnya di atas salib. Karena, pertama, tidak ada seorangpun yang mungkin bisa merasakan murka Allah sebagai Seorang yang Tak Berdosa. Dan kedua, tidak ada seorang pun yang mungkin bisa memikul seluruh beban murka Allah untuk dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita menurut dosa mereka sendiri dan dalam posisinya yang tersendiri dalam kesepian. Tetapi Kristus memikul dosa umat-Nya sebagai Seorang yang Tak Berdosa).[2]
Nah, sekarang mari kita hubungkan hal ini dengan doktrin Limited Atonement (Penebusan Terbatas). Jika Yesus mati untuk semua orang seperti yang diakui oleh Arminianisme, maka tentunya secara hukum, Yesus menggantikan mereka semua. Dengan demikian seharusnya semua manusia selamat. Tetapi faktanya banyak orang yang masuk neraka? Pertanyaannya, kenapa masih ada yang masuk neraka? Bukankah Yesus telah mati bagi semua manusia? Silahkan orang Arminian menjawab!

Saya sendiri beranggapan bahwa jika pengganti dan yang digantikan dua-duanya mati (dihukum) maka sebenarnya tidak ada penggantian (substitusi) sama sekali. Charles Hodge mengatakannya dengan sangat baik:
The very idea of substitution is that what is done by one in the place of another, avails as though that other had done it himself. The victim was the substitute of the offerer, because its death took the place of his death. If both died there was no substitution (Terjemahan: Gagasan dari penggantian adalah bahwa apa yang dilakukan oleh satu orang di tempat dari orang lain, berguna seakan-akan orang lain itu telah melakukannya sendiri. Korban adalah pengganti dari si pelanggar, karena kematian korban mengambil tempat dari kematian si pelanggar. Jika keduanya mati, di sana tidak ada penggantian).[3] 
Jadi jika ada orang yang akhirnya dihukum dalam neraka, maka sebenarnya Yesus tidak mati untuk menggantikan orang itu. Karena jika Yesus telah mati baginya menggantikan dia, maka dia seharusnya tidak dihukum, kecuali Allahnya tidak adil, sehingga Ia menuntut hukuman dobel, satu dalam diri si pengganti dan sekali lagi dalam diri yang digantikan.

Jadi, bagi saya sendiri, berdasarkan hal-hal di atas, saya berkesimpulan bahwa doktrin Unlimited Atonement (Penebusan Tak Terbatas) yang diusung oleh Arminianisme bertentangan frontal dengan karya Kristus yang sempurna dan dengan demikian tidak Alkitabiah. Jika seseorang setuju dengan kesempurnaan karya Kristus bahwa ia benar-benar menghapuskan hutang dosa umat-Nya dalam kematian-Nya, maka tidak bisa tidak, akal sehat akan memeluk erat doktrin Limited Atonement (Penebusan Terbatas).

[1]Steve Jeffery, Mike Ovey, dan Andrew Sach, Tertikam oleh karena Pemberontakkan Kita: Menemukan Kembali Kemuliaan Substitusi Penal (Surabaya: Momentum, 2012), hal. 9.
[2]Herman Hoeksema, Reformed Dogmatics (Grand Rapids, Michigan: Reformed Free Publishing Company, 1976), hal. 401.
[3]Charles Hodge, An Exposition of 2nd Corinthians, hal. 166. Buku tafsiran Hodge ini dapat di download dalam bentuk pdf di sini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...