Kamis, 20 September 2018

STUDI DOKTRINAL: KEILAHIAN YESUS (SERI #KETIGA)

Oleh: Join Kristian Zendrato

C. KITAB SUCI MENUNJUKKAN BAHWA YESUS MEMPUNYAI SIFAT-SIFAT ILAHI

Pada seri sebelumnya, saya telah membahas mengenai ayat-ayat yang menyatakan secara eksplisit mengenai keilahian Yesus (Seri #Pertama), kemudian saya juga telah membahas mengenai nama-nama ilahi yang diberikan kepada Yesus (Seri #Kedua). Nah, pada Seri #Ketiga ini, saya akan memberikan bukti lebih lanjut mengenai keilahian Yesus, dan kali ini, saya akan berargumentasi bahwa Yesus itu mempunyai sifat-sifat ilahi. 
Thomas C. Oden, seorang teolog dari Drew University, mendefinisikan sifat-sifat Allah sebagai “kualitas-kualitas yang merupakan natur esensial Allah dan yang ditemukan di mana pun Allah menyatakan diri-Nya, sifat-sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki Allah sebagai Allah.”[1] Contoh sifat-sifat Allah adalah kekal, maha tahu, maha kuasa, maha ada, dan sebagainya. Menariknya, Alkitab melaporkan bahwa sifat-sifat ilahi seperti itu juga dimiliki oleh Yesus Kristus.
Pertama: Yesus itu Kekal. Alkitab menginformasikan bahwa Yesus adalah sosok makhluk kekal. Elmer L. Towns pernah menyatakan, “Apa yang tidak disadari oleh banyak orang adalah bahwa kelahiran-Nya di Betlehem bukanlah permulaan kehidupan-Nya.”[2] Hal ini berarti bahwa Yesus telah ada sebelum Ia menjadi manusia. Beberapa bukti dari Kitab Suci mengenai hal ini akan penulis berikan sebagai berikut: dalam Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus (bdk. Mat. 2:5-6), dinyatakan bahwa Mesias itu “permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” KJV (King James Version) menterjemahkan kalimat terkahir di atas dengan “from of old, from everlasting” (dari sejak purbakala, dari kekekalan). NASB (New American Strandar Bible) juga menterjemahkannya dengan “from long ago, from the days of eternity” (dari dahulu kala, dari kekekalan). Hal ini jelas menunjukkan bahwa Yesus itu kekal adanya. Di Yohanes 8:58 dinyatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup beberapa ribu tahun sebelum Kristus lahir. Dalam Injil yang sama pada pasal 17:5 dicatat bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.
Di bagian lain dalam Kitab Suci, yakni dalam Ibrani 1:11-12 tertulis “semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.” Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibrani 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibrani 1:8-9 (dihubungkan oleh kata “dan” pada awal Ibr. 1:10), dan Ibrani 1:8 berkata “tentang Anak.” Jadi, dari ayat ini, dapat disimpulkan bahwa Yesus itu kekal adanya. 
Wahyu 1:8 (lihat juga 22:13) menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega. Mengenai sebutan ini, penafsir Reformed, William Hendriksen menyatakan:
Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak disangsikan lagi. Baik konteks dekat, sebelum dan sesudah, dari ayat ini menunjuk kepada Kristus (lihat ay. 1:7, 13). … Yohanes mendengar Tuhan Yesus Kristus sendiri berkata kepadanya, “Aku sendiri adalah Alfa dan Omega.” Alfa dan Omega adalah huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani. Jadi Kristus di sini menyatakan diri-Nya sendiri sebagai sang wahyu Allah yang kekal, lengkap, dan sempurna. Ia seolah-olah berkata, “Aku ada sejak permulaan sampai akhirnya, yaitu, Dia yang kekal. Teguhkan hatimu; musuhmu tidak dapat membinasakan Kristusmu.”[3]
Dalam kitab yang sama, di Wahyu 1:17 diyatakan bahwa Ia (Yesus) adalah “Yang Awal dan Yang Akhir,” dan Wahyu 22:13 juga menyatakan bahwa Yesus adalah “Yang pertama dan Yang terkemudian,” dan semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya – kekal (Why. 1:18).
Kedua: Yesus itu tidak berdosa. Alkitab juga menyatakan bahwa Yesus itu Suci (2 Kor. 5:21; Ibr. 4:15), hal ini sangat kontras dengan keadaan manusia biasa, yang menurut Alkitab semuanya berdosa (Rm. 3:9-18, 23). Ketiga: Yesus itu Mahakuasa. Hal ini terlihat dari mujizat-mujizat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan lima ribu orang lebih dengan lima roti dan dua ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dan sebagainya, menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujizat, tetapi ada perbedaannya: tidak ada nabi atau rasul yang bisa melakukan mujizat sesuai kehendaknya sendiri, tetapi Kristus bisa (Yoh. 5:21). Nabi melakukan mujizat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Allah, rasul juga demikian karena mereka melakukan mujizat dengan menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujizat dengan kuasa-Nya sendiri (bdk. Yoh. 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk melakukan mujizat. Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujizat sebanyak dan sehebat yang Yesus lakukan (Yoh. 15:24).
Keempat: Yesus itu Mahatahu. Dalam Matius 9:4 dinyatakan bahwa Yesus mengetahui pikiran orang-orang Yahudi yang jahat. Matius menginformasikan hal yang sama dalam Matius 12:25. Kemudian di Yohanes 1:48, kala menjawab pertanyaan Natanael, “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Yesus berkata, “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Ini menunjukkan independensi dari pengetahuan Yesus. Herman Ridderbos menunjukkan bahwa, “Frasa ‘sebelum Filipus memanggil engkau’ dapat berarti bahwa Yesus tidak menerima pengetahuan-Nya dari Filipus.”[4] Kemudian Rasul Yohanes dalam pasal 2:24-25 dari Injilnya menunjukkan bahwa pengetahuan Yesus menembus sampai ke dalam hati manusia, “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.” Di Yohanes 6:64, Yohanes menuliskan kalimat yang secara tegas menyatakan kemahatahuan Yesus Kristus, “Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”
 Kelima: Yesus itu Mahaada. Kemahaadaan Yesus jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Matius 18:20, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Dalam Matius 28:20b, Yesus menyatakan bahwa, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Janji ini tidak mungkin bisa terealisasikan jika Yesus tidak memiliki sifat ilahi – omnipresence.
Keenam: Tidak berubah. Ketidak berubahan Yesus ditegaskan oleh penulis surat Ibrani, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8). Sifat-sifat ilahi yang dimiliki oleh Kristus, secara mutlak membuktikan bahwa Dia adalah Allah sejati. R.L. Dabney dengan tepat menyimpulkan, “When we see the incommunicable attributes of God given to Jesus Christ, they compose a more irresistible proof that He is very God. This is especially strong when those qualities which God reserves to Himself alone, are ascribed to Jesus Christ (Terjemahan:  Ketika kita melihat atribut-atribut Allah yang tidak bisa diberikan, diberikan kepada Yesus Kristus, mereka menyusun sebuah bukti yang tidak dapat ditolak bahwa Ia adalah Allah sejati. Hal ini khususnya kuat/tegas ketika kualitas-kualitas yang Allah sediakan untuk diri-Nya sendiri, diperhitungkan kepada Yesus Kristus).[5]

[1]Thomas C. Oden, The Living God: Systematic Theology (1987; cetak ulang, Peabody, MA: Hendrickson, 1998), 1:35, dikutip dalam Bowman Jr., Robert M. dan J. Ed Komoszewski, Menempatkan Yesus di Takhta-Nya (Putting Jesus in His Place): Pembuktian Atas Keilahian Yesus ( Malang: Literatur SAAT, 2015), 80.
[2]Elmer L. Towns, Inti Kekristenan: Apa Sebenarnya Kekristenan Itu? (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2011), 6. 
[3]William Hendriksen, Lebih Dari Pemenang: Sebuah Interpretasi Kitab Wahyu (Surabaya: Momentum, 2010, 58. 
[4]Herman Ridderbos,  Injil Yohanes: Suatu Tafsiran Theologis (Surabaya: Momentum, 2012), 98.
[5]Robert L. Dabney, Lectures in Systematic Theology (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1985), 191. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...