Minggu, 10 Maret 2024

APAKAH ARTINYA DISELAMATKAN MELALUI IMAN, DAN BUKAN MELALUI PERBUATAN BAIK?

Oleh: Join Kristian Zendrato

Kita sering mengasumsikan bahwa orang-orang Kristen telah mengetahui dasar-dasar Kekristenan. Tapi asumsi itu tidak selalu benar. Faktanya banyak sekali orang Kristen yang tak mengerti dasar-dasar iman Kristen. Contohnya adalah kepercayaan bahwa kita diselamatkan hanya melalui iman saja.

Saya sering melihat ucapan-ucapan orang Kristen di Facebook saat melihat seseorang meninggal, tidak jarang saya melihat mereka mengatakan, "Semoga amal ibadah beliau diterima Tuhan," dan ucapan-ucapan yang sejenis. Saya semakin kaget ketika melihat bahwa ucapan inipun dituliskan oleh aktivis-aktivis gereja di Facebook mereka.

Pertanyaannya, apakah ada yang salah dengan ucapan itu? Bagi saya ada. Kata-kata itu mengasumsikan bahwa perbuatan baik (amal ibadah) menjadi jalan supaya seseorang itu diterima Tuhan. Itu asumsi dari ucapan semacam itu. Dengan kata lain mereka berharap supaya perbuatan baik (amal ibadah) seseorang yang baru saja meninggal itu membuatnya diterima Tuhan.

Bukankah ini aneh? Aneh karena orang Kristen sejatinya mengetahui bahwa seseorang diselamatkan melalui iman saja (sola fide) dan bukan melalui perbuatan baik.

Saya menduga bahwa meskipun banyak orang yang mengaku diri Kristen tetapi mereka sama sekali tidak mengerti apa artinya diselamatkan melalui iman saja dan bukan melalui perbuatan baik. Saya pun dulu begitu. Dan untuk orang-orang seperti itulah saya menulis hal ini.

Jadi, apa artinya diselamatkan melalui iman saja?

Untuk menjawab hal ini, kita harus mengetahui kondisi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dalam kitab Roma dinyatakan bahwa, "semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23).

Kita harus selalu mengingat bahwa dosa mempunyai konsekuensi yaitu murka dan hukuman Allah. Jika seseorang berdosa, maka kekudusan Allah bereaksi terhadap hal itu. Orang berdosa itu harus dihukum Allah, dan hukuman ultimat adalah neraka yang kekal. Itu adalah keadilan Allah.

Jika Allah mau menyelamatkan seseorang, dalam arti tidak menghukumnya dalam neraka karena dosa-dosanya, maka Allah bisa melakukan hal itu hanya setelah Ia menghukum dosa-dosa itu. Masalahnya kalau Ia menghukum dosa-dosa itu, maka tidak ada keselamatan, karena penghukuman terhadap dosa-dosa berlangsung kekal dalam neraka.

Maka Allah telah menetapkan dengan kasih Satu Pengganti yang akan menggantikan posisi orang-orang tertentu untuk menanggung hukuman mereka yaitu hukuman yang jika mereka sendiri yang menanggung akan berlangsung kekal. Dan Alkitab berkata bahwa Pengganti itu adalah Yesus yang adalah Allah sendiri, dan yang kemudian menjadi manusia (Yohanes 1:14) untuk melaksanakan misi penyelamatan melalui penggantian.

Itulah sebabnya dalam Yesaya 53:5 dinyatakan bahwa: "Tetapi dia (Yesus) tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia (Yesus) diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya (Yesus), dan oleh bilur-bilurnya (Yesus) kita menjadi sembuh."

Jadi Yesus tertikam dan diremukkan bukan karena dosa-Nya sendiri, tetapi karena dosa kita. Ia menggantikan kita. Kita yang seharusnya ditikam dan diremukkan, tetapi karena kasih-Nya Ia menggantikan kita mengalami hal itu.

Itulah arti dari kata-kata Yesus bahwa Ia "memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45).

John Stott dalam bukunya yang sangat bagus mengenai karya Kristus The Cross of Christ menyatakan dengan mengutip F. Buchsel bahwa kata-kata "tebusan bagi banyak orang" dalam Markus 10:45 secara harfiah seharusnya "suatu tebusan untuk menggantikan demi banyak orang" (Yunani: antilytron hyper pollen). Jadi, seperti kesimpulan Stott, "Kematian Yesus berarti bahwa pada diri-Nya terjadi apa yang seharusnya terjadi pada diri banyak orang. Karena itu menggantikan mereka" (John Stott, Salib Kristus - The Cross of Christ [Surabaya: Momentum, 2015], hal. 223).

Itulah yang Yesus lakukan bagi kita umat-Nya. Ia menggantikan kita untuk menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung. Penulis surat Ibrani menuliskan sebagai berikut:

"... dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. ... Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. ... Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia" ( Ibrani 9:12, 25, 26, 28).

Mungkin dipertanyakan bagaimana mungkin Yesus bisa menanggung hukuman kita dalam neraka hanya beberapa jam di atas salib? Jawaban saya: karena kebesaran Kristus. Ini bisa diilustrasikan seperti seorang ayah yang menggantikan anaknya yang berumur 10 tahun untuk memindahkan karung-karung berisi pasir dari tepi laut ke rumah mereka. Jika anak itu misalnya diharuskan memindahkan 20 karung, maka itu bisa memakan waktu berminggu-minggu jika anak itu yang melakukannya. Tetapi jika ayahnya menggantikannya, pekerjaan itu bisa saja selesai hanya dalam beberapa jam saja. Itu dikarenakan "kebesaran" ayahnya. Demikian juga Kristus yang adalah Allah dan Manusia, dengan kebesaran-Nya mampu menanggung semua hukuman dosa umat-Nya tanpa tersisa sedikitpun melalui kematian-Nya di atas salib.

Ya, Dia menanggung semua hukuman dosa umat-Nya tanpa tersisa sedikitpun. Jika sampai ada sisa hukuman yang tak ditanggung-Nya maka Ia bukan Juruselamat yang sempurna. Tetapi puji Tuhan, Dia telah menanggung semua hukuman itu tanpa tersisa sedikitpun. Sehingga, "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus" (Roma 8:1).

Inilah fondasi dan satu-satunya sumber keselamatan. Inilah yang membuat keselamatan hanya bisa didapatkan berdasarkan karya Yesus, tidak ada dasar yang lain (Yohanes 14:6; Kisah Para Rasul 4:12).

Pada hari yang ketiga, Yesus bangkit dari kematian untuk meneguhkan bahwa misi penyelamatannya itu berhasil.

Nah jika kita percaya (beriman) kepada Yesus yang telah menggantikan kita seperti yang telah saya jelaskan di atas, maka kita diselamatkan. Itulah artinya diselamatkan melalui iman saja bukan karena perbuatan baik kita (Yohanes 3:16). Paulus menulis: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9).

Jadi, perbuatan baik kita sama sekali tidak mempunyai sumbangsih dalam keselamatan kita. Semua telah digenapi oleh Yesus di kayu salib yang kasar, dan diteguhkan oleh kebangkitan-Nya dari kematian.

Jika kita masih mengandalkan perbuatan baik kita untuk keselamatan kita, maka itu adalah penghinaan, penghujatan terhadap karya Kristus yang sempurna. Tidak, perbuatan baik tidak pernah punya andil secuilpun dalam pemerolehan keselamatan kita.

"Satu-satunya" kata William Temple, "yang aku sumbangkan dalam penebusanku adalah dosa yang darinya aku perlu ditebus."

Jadi, jika Anda mau diselamatkan segeralah datang dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagi Juruselamat satu-satunya, jangan tunggu besok, karena besok mungkin sudah terlambat. "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Roma 10:9-10).

Anda mungkin bertanya, "Lalu apakah guna perbuatan baik?" Singkat saja, perbuatan baik adalah hasil dari keselamatan, bukan penyebab keselamatan. Jadi perbuatan baik berguna sebagai tanda bahwa kita telah diselamatkan, bukan untuk menyelamatkan kita.

Di awal tulisan ini, saya telah menyinggung mengenai ucapan kebanyakan orang Kristen di Facebook saat seseorang meninggal: "Semoga amal ibadah beliau diterima Tuhan." Nah, setelah menjelaskan banyak hal di atas, maka ucapan itu adalah ucapan yang sesat dan tidak Alkitabiah, karena mengasumsikan perbuatan baik sebagai jalan atau cara supaya seseorang diterima Tuhan.

Jadi, Anda tidak perlu mengucapkan atau menulis seperti itu lagi. Anda cukup berkata, "Turut berdukacita."

Soli Deo Gloria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKTRIN PREDESTINASI REFORMED (CALVINISME)

Oleh: Join Kristian Zendrato A. PENDAHULUAN Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas doktrin predestinasi yang merupakan sala...